Teks -- 1 Samuel 1:23 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
BIS -> 1Sam 1:23
Beberapa terjemahan kuno: mu; terjemahan Ibrani: nya.
Jerusalem -> 1Sam 1:1--3:21; 1Sam 1:23
Jerusalem: 1Sam 1:1--3:21 - -- Bab 1-3 adalah sebuah kesatuan yang (kecuali sisipan dalam 1Sa 2:27-36) sudah terbentuk sebelum dimasukkan ke dalam kitab Samuel. Bagian ini adalah se...
Bab 1-3 adalah sebuah kesatuan yang (kecuali sisipan dalam 1Sa 2:27-36) sudah terbentuk sebelum dimasukkan ke dalam kitab Samuel. Bagian ini adalah sebuah tradisi yang agaknya berasal dari Silo. Di dalamnya tergabung tiga unsur: 1. Ceritera mengenai kelahiran Samuel yang menjadi petugas di tempat kudus di Silo; 2. ceritera mengenai anak-anak Eli; 3. ceritera mengenai Tuhan yang menyatakan diri kepada Samuel. Kedua unsur terakhir dihubungkan satu sama lain melalui kesalahan anak-anak Eli yang mesti dihukum. Seluruh kisah ini adalah tua sekali dan mengenai hal-hal yang sungguh-sungguh terjadi.
Jerusalem: 1Sam 1:23 - janjiNya Harafiah: perkataanNya. Dalam terjemahan Yunani terbaca: perkataanmu. Ini kiranya asli dan terdapat juga dalam 4Q.
Harafiah: perkataanNya. Dalam terjemahan Yunani terbaca: perkataanmu. Ini kiranya asli dan terdapat juga dalam 4Q.
Ende -> 1Sam 1:23
Maknanja tidak terang. Sabda Allah jang mana dimaksudkan?
Ref. Silang FULL -> 1Sam 1:23
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Sam 1:19-28
Matthew Henry: 1Sam 1:19-28 - Kelahiran Samuel; Samuel Diserahkan kepada Tuhan Kelahiran Samuel; Samuel Diserahkan kepada Tuhan (1:19-28)
Inilah,
I. Kepulangan Elkana dan keluarganya ke tempat tinggal mereka ketika hari...
Kelahiran Samuel; Samuel Diserahkan kepada Tuhan (1:19-28)
- Inilah,
- I. Kepulangan Elkana dan keluarganya ke tempat tinggal mereka ketika hari-hari perayaan telah usai (ay. 19). Perhatikan bagaimana mereka mempergunakan waktu mereka dengan baik ketika sedang berada di bait suci Allah. Setiap hari mereka ada di sana, bahkan pada hari kepulangan mereka, mereka pun tetap sujud menyembah Allah, bahkan mereka melakukannya pagi-pagi. Alangkah baiknya memulai hari bersama Allah. Biarlah Dia, yang adalah yang pertama, memperoleh yang pertama pula. Mereka masih harus menempuh perjalanan panjang sambil membawa serta segenap keluarga beserta anak-anak, tetapi mereka enggan berangkat sebelum sudah sujud menyembah Allah bersama-sama. Doa dan persiapan tidak akan mengganggu perjalanan. Selama beberapa hari mereka telah beribadah dengan sungguh-sungguh, tetapi mereka tetap mau beribadah sekali lagi. Oleh karena itu, janganlah kita lelah berbuat baik.
- II. Kelahiran dan nama anak laki-laki yang didamba-dambakan ini. Pada akhirnya, Tuhan mengingat Hana beserta permohonan yang sungguh dirindukannya (ay. 11). Hana tidak perlu lagi merindukannya, itu sudah cukup, karena ia pun kemudian mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Walaupun Allah terkesan tidak menghiraukan beban, permasalahan, pemeliharaan, dan doa-doa umat-Nya, namun pada akhirnya, Ia akan tampil dan menunjukkan bahwa itu semua tidak dilupakan-Nya. Oleh ibunya, anak laki-laki ini diberi nama Samuel (ay. 20). Beberapa orang mempelajari bahwa asal kata nama ini mirip dengan nama Ismael, yang berarti Tuhan telah mendengar, karena doa-doa sang ibu dari Ismael dengan mengagumkan telah didengar, dan anak itu merupakan jawabannya. Menurut beberapa tafsiran lainnya, karena alasan yang diberikan ibu anak itu ketika ia menamainya, yang diminta dari pada Tuhan. Kedua arti ini pada dasarnya bermakna serupa. Dengan memberi nama anaknya Samuel, Hana hendak senantiasa mengingat perkenanan Allah kepadanya ketika Ia menjawab doa-doanya. Demikianlah Hana, setiap kali menyebut nama Samuel, ingin menerima penghiburan dan memberi kemuliaan bagi Allah atas kebesaran kasih karunia-Nya. Catatlah, belas kasih yang diberikan sebagai jawaban terhadap doa harus dikenang dengan ungkapan syukur yang khusus (Mzm. 116:1-2). Betapa ada banyak kelepasan dan pemeliharaan Tuhan yang datang pada waktunya bagi kita, yang dapat kita sebut sebagai Samuel, telah diminta dari pada Tuhan. Dan apa pun wujudnya, demikianlah kita secara khusus harus membaktikan semuanya itu kepada-Nya. Melalui nama ini, Hana hendak mengingatkan anaknya akan kewajiban yang dimilikinya, yaitu melayani Tuhan, bahwa atas alasan inilah Samuel diminta dari Allah dan, pada waktu yang sama, diserahkan kepada-Nya. Memang, seorang anak yang lahir dari doa, secara khusus, ditakdirkan menjadi anak yang baik. Ibu Lemuel mengingatkan dirinya bahwa ia adalah anak nazarnya (Ams. 31:2).
- III. Pengasuhan Samuel dengan penuh kasih oleh Hana, bukan hanya karena Samuel begitu disayanginya, tetapi juga karena Samuel telah diserahkan bagi Allah. Bagi Allah-lah Hana merawat Samuel sendiri dan tidak membiarkannya disusui oleh orang lain. Kita harus merawat anak-anak kita dengan tidak hanya mengingat bahwa mereka adalah anak kita secara hukum alam, tetapi juga dengan mengingat perjanjian kasih karunia bahwa mereka telah diserahkan bagi Allah (lih. Yeh. 16:20-21). Pemeliharaan kita atas anak-anak kita pun menjadi sesuatu yang dikuduskan ketika itu dikerjakan untuk Tuhan. Elkana pergi setiap tahun untuk sujud menyembah di bait suci Allah, dan secara khusus untuk mempersembahkan korban nazarnya. Mungkin segenap nazar yang dibuatnya sendiri di luar nazar Hana apabila Allah memberinya seorang anak laki-laki melalui Hana (ay. 21). Akan tetapi Hana, meskipun ia merindukan pelataran bait Allah, memohon izin kepada suaminya untuk tinggal di rumah kali itu, karena kaum perempuan tidak wajib menghadiri tiga perayaan tahunan seperti halnya kaum laki-laki. Hana, yang terbiasa untuk pergi, sekarang menghendaki agar diizinkan untuk tidak pergi,
- 1. Karena ia tidak mau meninggalkan kewajiban untuk mengasuh anaknya terlalu lama. Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya? Dapat kita duga, Hana terus berada di rumah, karena apabila ia memang pergi, ia pasti akan pergi ke Silo. Allah menghendaki belas kasihan dan bukan persembahan. Mereka yang berhalangan untuk beribadah bersama jemaat karena harus merawat dan memelihara anak-anak mereka yang masih kecil, dapat menemukan penghiburan dari kisah ini, dan meyakini bahwa apabila mereka melakukan tindakan itu dengan memandang kepada Allah, maka Dia dengan rahmat-Nya akan menerima pekerjaan mereka tersebut. Meskipun mereka berada di rumah, mereka akan turut mendapat hasil jarahan.
- 2. Karena Hana tidak mau pergi ke Silo sampai anak laki-lakinya itu sudah cukup besar, tidak hanya untuk turut dibawa serta, tetapi untuk ditinggalkan di sana. Karena jika sekali ia membawa Samuel ke sana, ia merasa tidak sampai hati untuk membawanya kembali. Catatlah, mereka yang bertekad teguh membayar nazar mereka, tetap dapat menemukan alasan yang baik untuk menunda pembayarannya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Tidak akan ada hewan yang diterima sebagai korban persembahan sebelum hewan itu menghabiskan beberapa waktu di bawah pemeliharaan induknya (Im. 22:27). Buah-buahan terasa paling lezat apabila sudah masak. Elkana menyetujui permohonan Hana (ay. 23): Perbuatlah apa yang kaupandang baik. Elkana sama sekali tidak mencelanya, bahkan mempercayakan seluruhnya kepada istrinya itu. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila pasangan saling bersatu hati menghela kuk yang dipikul bersama. Dan saling menyediakan diri demi orang yang dikasihi, saling memikirkan yang baik bagi orang yang dikasihi, khususnya di dalam pekerjaan ibadah dan kasih. Elkana menambahkan sebuah doa: Hanya, Tuhan kiranya menepati janji-Nya, artinya, “Allah memelihara anak itu di tengah segala perkara pada masa pertumbuhannya, agar nazar yang telah diperkenan Allah, melalui tindakan-Nya mengaruniakan anak itu, dapat terlaksana pada waktunya, dan segenap permohonan itu pada akhirnya dapat tercapai.” Catatlah, para orangtua yang telah dengan tulus hati menyerahkan anak-anak mereka kepada Allah, dapat dengan penuh sukacita berdoa bagi anak-anak mereka itu, agar Allah menepati janji yang dimeteraikan-Nya atas anak-anak mereka pada saat yang sama ketika anak-anak mereka dimeteraikan bagi Dia.
- IV. Penyerahan anak ini dengan khidmat ke dalam tugas pelayanan bait suci Allah. Kita bisa saja beranggapan bahwa Samuel diserahkan kepada Tuhan pada usia empat puluh hari, sama seperti halnya semua anak laki-laki sulung (Luk. 2:22-23). Akan tetapi, tidak disebutkan mengenai hal ini, karena tidak ada yang khusus tentangnya. Samuel kini telah disapih, dan karena itu ia diserahkan kepada Tuhan dan tidak untuk dibawa kembali. Beberapa orang berpendapat bahwa ia diserahkan segera setelah cerai susu, yang, menurut orang Yahudi, tidak terjadi sampai ia berusia tiga tahun. Memang ada tertulis bahwa Hana menyusui anaknya sampai disapihnya (ay. 23). Beberapa orang lainnya memandang bahwa Samuel tidak diserahkan kepada Tuhan sampai ia disapih dari segala persoalan pada masa kanak-kanak, yakni pada usia delapan atau sepuluh tahun. Akan tetapi, saya tidak melihat ada masalah dengan menyerahkan anak istimewa seperti Samuel ini ke bait suci Allah pada usia tiga tahun untuk dididik di antara anak-anak imam. Ada tertulis, waktu itu masih kecil betul kanak-kanak itu (ay. 24), tetapi Samuel, yang berakal cerdas di atas anak-anak seusianya, tidak menemui masalah. Tidak ada kata terlalu dini untuk beribadah. Waktu itu, anak itu masih anak-anak, demikian ditafsirkan dalam bahasa Ibrani, artinya anak itu berada di masa pembelajarannya. Karena kepada siapakah Dia ini mau mengajarkan pengetahuan-Nya, selain kepada anak yang baru disapih, dan yang baru cerai susu? (Yes. 28:9). Perhatikan cara Hana mempersembahkan anaknya,
- 1. Dengan korban persembahan, tidak kurang dari tiga lembu jantan (KJV), beserta korban sajian untuk masing-masing lembu (ay. 24). Seekor lembu jantan kemungkinan melambangkan tiap tahun dari usia anak itu, atau mungkin juga satu sebagai korban bakaran, satu lagi sebagai korban penghapus dosa, dan yang terakhir sebagai korban keselamatan. Hana sama sekali tidak berpikir bahwa dengan mempersembahkan anaknya kepada Allah, ia membuat Allah berhutang kepadanya, sehingga ia berpikir bahwa korban sembelihan begitu penting dipersembahkan guna memperoleh perkenanan Allah atas korban persembahannya yang hidup. Semua kovenan antara Allah dan kita dan semua milik kita harus dibuat dengan korban persembahan, ya, dengan korban persembahan yang mulia.
- 2. Dengan ucapan syukur atas kebaikan Allah yang telah menjawab doanya. Ungkapan syukur ini disampaikannya kepada Eli, karena ia telah menguatkannya di dalam pengharapan untuk mendapatkan jawaban damai sejahtera atas doanya (ay. 26-27): “Untuk mendapat anak inilah aku berdoa. Inilah dia, anak yang diperoleh melalui doa, dan inilah dia, yang diserahkan kepada Allah yang mendengar doa. Engkau telah melupakanku, tuanku, tetapi aku, yang kini tampak sungguh bersukacita, adalah perempuan itu, yang berdiri di sini tiga tahun lalu bersama tuanku sambil meratap dan berdoa, dan inilah anak yang kudoakan itu.” Demikianlah segala jawaban atas doa dapat dengan rendah hati diberitakan dengan megah demi kemuliaan Allah. Inilah saksi hidup demi Allah. “Akulah saksi-Nya bahwa Dia itu penuh kasih karunia (lih. Mzm. 66:16-19). Demi kemurahan ini, penghiburan ini, aku berdoa, dan Tuhan telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya” (lih. Mzm. 34:3, 5, 7). Hana tidak membuat Eli teringat kembali akan peristiwa itu dengan merujuk kepada kecurigaan yang dituduhkannya sebelumnya. Hana tidak berkata, “Akulah perempuan yang telah dengan kerasnya engkau kecam itu. Apa pendapatmu tentang diriku sekarang?” Janganlah mengolok-olok orang baik dengan mengungkit kelemahan dan kekeliruannya. Mereka sendiri telah bertobat atas semuanya itu, sehingga biarlah mereka tidak lagi mendengar tentangnya.
- 3. Dengan memasrahkan seluruh kepentingannya dalam diri anak ini kepada Tuhan (ay. 28): Maka akupun menyerahkannya kepada Tuhan seumur hidupnya. Dan Hana pun mengulangi perkataannya, karena ia tidak akan menariknya kembali: Dipinjamkanlah ia, atau terserahlah ia, kiranya, sebagai persembahan kepada Tuhan. Bukan berarti Hana berencana memanggil Samuel kembali, seperti yang lazim kita perbuat terhadap segala sesuatu yang kita pinjamkan, tetapi ia secara khusus mempergunakan kata ini, Shaol, artinya diserahkan, karena itu adalah kata yang sama dengan yang dipergunakannya sebelumnya (ay. 20, Aku telah memintanya dari pada Tuhan). Dan (ay. 27) Tuhan telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya (Shaalti, dalam bentuk Qal), maka akupun menyerahkannya (Hishilti, yakni kata yang sama dalam bentuk Hiphil), sehingga ini memberi asal-usul arti kata yang lain dari nama Samuel, yang tidak hanya berarti diminta dari pada Allah, tetapi juga diserahkan kepada Allah. Perhatikan pula,
- (1) Apa pun yang kita berikan kepada Allah, itu semua terlebih dahulu kita minta dan terima dari pada-Nya. Segenap pemberian kita kepada-Nya pertama-tama merupakan pemberian-Nya kepada kita. Dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu (1Taw. 29:14, 16).
- (2) Apa pun yang kita berikan kepada Allah, berdasarkan catatan ini, dapat dikatakan sebagai dipinjamkan kepada-Nya, sehingga meskipun kita tidak berniat mengambilnya kembali, sebagai sesuatu yang dipinjamkan, Allah pasti akan membayarnya, beserta bunganya, demi keuntungan kita yang tidak terkatakan, khususnya sesuatu yang diberikan kepada orang yang lemah (atau miskin) (Ams. 19:17). Ketika melalui pembaptisan kita membaktikan anak-anak kita bagi Allah, biarlah kita mengingat bahwa mereka semua sebelumnya adalah milik-Nya menurut kemahakuasaan-Nya, dan bahwa mereka itu diberikan menjadi milik kita sebagai penghiburan kita. Hana menyerahkan Samuel kepada Tuhan bukan untuk beberapa tahun saja, seperti anak yang dikirim untuk menjadi murid, tetapi durante vita – seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada Tuhan, seorang nazir seumur hidup. Demikianlah seharusnya perjanjian kita dengan Allah, layaknya suatu perjanjian nikah, bahwa seumur hidup kita, kita harus menjadi milik-Nya dan tidak akan pernah meninggalkan-Nya.
- Terakhir, Samuel, sebagai seorang anak, melakukan bagiannya melampaui apa yang dapat diharapkan dari seseorang pada usianya. Sujudlah Samuel di sana menyembah Tuhan (KJV), artinya, ia mengucapkan doa-doanya. Jelaslah bahwa Samuel merupakan pribadi yang luar biasa unggul. Kita mengenal adanya anak-anak yang telah menemukan rasa keagamaan mereka pada usia yang sangat muda. Ibunya sendiri telah mempersiapkan dia untuk bait suci Allah, secara khusus telah melatihnya untuk melakukan tugas-tugasnya di bait suci Allah. Catatlah, anak-anak kecil harus belajar sejak dini untuk menyembah Allah. Orangtua mereka harus mendidik mereka untuk menyembah Dia dan membawa mereka kepada-Nya, menuntun mereka untuk beribadah dan menyembah-Nya semampu mereka, maka Allah dengan kasih karunia-Nya akan menerima mereka dan mengajar mereka untuk berbuat lebih baik.
SH: 1Sam 1:19-28 - Allah mengingat, doa terjawab! (Senin, 28 Juli 2003) Allah mengingat, doa terjawab!
Dalam perikop terdahulu, kita mengetahui bahwa meskipun Hana
belum memperoleh jawaban akhir dari ungkapan pergumu...
Allah mengingat, doa terjawab!
Dalam perikop terdahulu, kita mengetahui bahwa meskipun Hana belum memperoleh jawaban akhir dari ungkapan pergumulannya kepada Allah, tetapi ia telah mengalami perubahan. Paling tidak kesedihan telah berlalu dari hatinya. Kalimat "penantian itu membosankan", rupa-rupanya tidak berlaku bagi Hana. Kuncinya hanya satu, Hana memiliki keyakinan yaitu bahwa ia telah mengungkapkan isi hatinya pada Allah, Sang Sumber Pengharapan.
Bagaimana sikap Allah? Jika kita memperhatikan anak kalimat "Tuhan ingat kepadanya," (ayat 19) mungkinkah Allah sebelumnya telah melupakan Hana? Seperti juga terhadap Abraham, Ishak, Yakub, ketika Allah mengingat kembali perjanjian-Nya terhadap mereka, begitu jugalah Allah mengingat Hana. Tindakan Allah ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa daya ingat Allah melemah, tetapi hal ini mengindikasikan bahwa Allah menyelesaikan rencana-Nya secara bertahap, termasuk rencana Allah mengabulkan permintaan Hana. Allah menjawab permohonan Hana dengan menghadirkan Samuel.
Melalui permohonan Hana dan pemenuhan permohonannya oleh Allah, kepada Kristen sekarang ini dipaparkan beberapa hal penting: pertama, bahwa Allah tidak pernah menutup mata dan telinga-Nya terhadap setiap ungkapan umat-Nya. Seharusnya umat tidak tergesa- gesa menilai bahwa Allah tidak akan pernah mendengarkan doanya karena memiliki latar belakang hidup yang kelam, atau selalu melakukan perbuatan dosa. Datanglah kepada Allah, ungkapkanlah segala pergumulan Anda kepada-Nya. Kedua, isi doa Hana berorientasi kepada kepentingan Allah, bukan kepada kepentingan pribadi. Ketiga, Allah pasti menjawab semua permohonan doa umat- Nya sesuai dengan rencana dan tujuan-Nya.
Renungkan: Allah menyelesaikan semua permohonan umat-Nya secara bertahap. Karena itu teladanilah Hana yang sabar dan setia.
SH: 1Sam 1:19-28 - Persembahan syukur (Senin, 9 Juni 2008) Persembahan syukur
Bagaimana menyatakan syukur terdalam kita? Banyak orang mengira
asalkan memberi persembahan yang lumayan banyak, katakanlah
...
Persembahan syukur
Bagaimana menyatakan syukur terdalam kita? Banyak orang mengira asalkan memberi persembahan yang lumayan banyak, katakanlah lebih dari sepuluh persen - bukankah persepuluhan itu kewajiban minimal? - maka itu sudah sesuatu yang menunjukkan lebih dari sekadar kewajiban. Tentu Tuhan senang dengan persembahan demikian.
Seringkali kita salah mengerti konsep ucapan syukur dan makna persembahan. Kita mengucap syukur karena Allah telah berkarya dalam hidup kita dengan karya yang tidak bisa dibandingkan atau dibalas dengan cara apapun. Baik karya-Nya terbesar, yaitu keselamatan dalam Kristus, maupun berbagai kebaikan Tuhan yang kita alami dalam perjalanan iman kita, semua itu adalah anugerah. Maka ucapan syukur adalah pengakuan bahwa semua berasal dari Allah, dan tidak ada satu hal pun yang boleh kita klaim karena jasa atau kelayakan kita. Dengan sendirinya, persembahan kita berikan bukan karena kebaikan kita melainkan keluar dari hati yang tulus bersyukur atas kebaikan-Nya.
Itulah yang dilakukan Hana setelah Tuhan "mengingat" (ayat 19) dirinya dan mengabulkan permintaannya. Ucapan syukur Hana tercermin dari nama putranya, Samuel (ayat 20). Samuel adalah pemberian Allah. Oleh karena itu sebagai persembahan syukur, Samuel dipersembahkan untuk melayani Tuhan sekehendak-Nya (ayat 28). Inilah persembahan yang berkenan kepada-Nya: "seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada Tuhan."
Banyak keluarga melihat sikap Hana ini sebagai teladan untuk mempersembahkan anak sulung sebagai hamba Tuhan. Tentu tidak setiap anak sulung dari keluarga Kristen, Tuhan pilih dan panggil untuk menjadi hamba-Nya secara khusus. Jauh lebih penting bagi kita untuk melihat teladan Hana sebagai respons yang tepat terhadap anugerah. Berikan yang terbaik, yang Tuhan mau kita persembahkan sebagai ucapan syukur dan pengakuan, bahwa semua yang kita miliki berasal dari Tuhan semata.
SH: 1Sam 1:1-28 - Keluarga yang bahagia? (Kamis, 20 November 1997) Keluarga yang bahagia?
Berulangkali dalam Perjanjian Lama kita jumpai konsekuensi tidak enak keluarga yang poligami. Ketika beribadah di rumah Allah,...
Keluarga yang bahagia?
Berulangkali dalam Perjanjian Lama kita jumpai konsekuensi tidak enak keluarga yang poligami. Ketika beribadah di rumah Allah, seharusnya orang memuliakan Allah dan dipenuhi dengan kesukaan. Memang itulah yang dirasakan oleh keluarga Elkana. Setahun sekali seluruh keluarga mempersembahkan korban kepada Allah di Silo. Seusai ibadah, seluruh keluarga mengadakan perjamuan syukur. Namun dalam suasana suka itu, Hana malah sedih dan tertekan. Ia mandul dan madunya, Penina, merendahkan dan menghinanya (ayat 6). Bukankah lebih baik mandul namun setia dalam monogami daripada beroleh anak namun melukai pasangan sendiri?
Allah sumber harapan. Hana pergi berdoa ke rumah Allah (ayat 9). Ia menyapa Allah sebagai Yahwe Zebaoth (Allah semesta alam). Dalam nama itu tertampung pemahaman tentang kekuasaan Allah yang tak terbatas yang mampu mencurahkan berkat tak terbatas pula. Allah mendengarkan doa Hana. Memang saat berdoa belum terjadi perubahan apa pun. Namun tindakan Allah tidak tergantung pada apa yang manusia rasakan atau pikirkan.
Renungkan: Dalam diri orang berdoa terjadi perubahan sebab ia telah berjumpa dengan Allah penguasa seisi langit dan bumi.
Doa: Tolong kami saat berdoa melihat kepada-Mu, bukannya masalah.
SH: 1Sam 1:1-28 - Masalah? Datanglah pada Allah (Kamis, 24 April 2014) Masalah? Datanglah pada Allah
Poligami adalah lazim di kalangan Israel. Biasanya itu terjadi karena istri pertama tidak dapat memberikan keturunan. S...
Masalah? Datanglah pada Allah
Poligami adalah lazim di kalangan Israel. Biasanya itu terjadi karena istri pertama tidak dapat memberikan keturunan. Sekalipun lazim, poligami membawa masalah: kekecewaan yang mendalam dan hubungan yang rusak.
Masalah ini dialami oleh Hana, isteri Elkana. Dia menderita penghinaan karena kemandulannya, dari Penina, isteri kedua Elkana. Kemandulan memang sering dianggap sebagai aib, bahkan hukuman Tuhan. Penderitaan Hana terasa bertambah karena suaminya tidak memahami perasaannya (6-8). Maka ketika berada di rumah Tuhan, Hana memohon kepada Allah agar ia dianugerahi seorang putera. Ia bernazar bahwa anak itu akan dipersembahkan kepada Allah, sejak masa kanak-kanaknya (9-11). Kepedihan hatinya membuat dia begitu lama berdoa tanpa bersuara sehingga Imam Eli menganggapnya sedang mabuk (13-14). Lalu ia menjelaskan persoalannya kepada Eli (15-16). Eli berkata bahwa doa Hana akan dikabulkan Tuhan (17). Benar saja, Tuhan membuat Hana mengandung lalu melahirkan Samuel (19-20). Hana memandang putranya sebagai karunia indah dari Allah. Sebab itu ia memenuhi janjinya untuk mempersembahkan Samuel kepada Tuhan (21-28).
Melalui kisah Hana, kita dapat melihat bahwa orang beriman tidak luput dari berbagai situasi sulit yang harus dihadapi. Dalam situasi demikian, bisa saja kita merasa sedih atau gusar. Namun janganlah putus asa, apalagi mundur dari Tuhan. Pada saat seperti itu, kita harus datang kepada Allah dengan membawa seluruh masalah atau pergumulan kita. Serahkanlah diri kita sepenuhnya kepada Allah, melalui doa-doa kita. Namun yang kita cari di dalam doa kita adalah agar kehendak-Nya dinyatakan di dalam diri kita (bdk. Mat. 6:9-10). Karena doa dimaksudkan untuk memampukan kita melaksanakan maksud-maksud Allah dan bukan hanya meminta Allah melakukan apa yang kita inginkan saja. Selain itu, kita harus berdoa dengan bersungguh-sungguh. Niscaya Allah akan memampukan kita mengalami damai sejahtera dalam setiap pergumulan kita (Flp. 4:6-7).
SH: 1Sam 1:1-28 - Belum Berakhir (Kamis, 1 Agustus 2019) Belum Berakhir
Penderitaan adalah salah satu penyebab terbesar manusia merasa putus asa. Terlebih jika penderitaan itu seakan tak berujung. Tidak sed...
Belum Berakhir
Penderitaan adalah salah satu penyebab terbesar manusia merasa putus asa. Terlebih jika penderitaan itu seakan tak berujung. Tidak sedikit yang menyerah dan memilih untuk mengakhirinya dengan berbagai cara, termasuk bunuh diri. Orang percaya seharusnya bertindak positif dalam mengambil keputusan ketika mengalami keputusasaan.
Hana mengalami tekanan dan penderitaan yang seakan tak berakhir. Kemandulanya menjadi bahan ejekan tak berujung Penina (6). Hingga suatu saat, kepedihannya memuncak dan ia tidak mau makan. Elkana, suaminya, mencoba menghiburnya. Namun, hati Hana tetap sedih dan hancur.
Di tengah kepedihan itu, Hana memilih untuk mencurahkan isi hatinya kepada Allah. Ia memohon pertolongan kepada Allah dan bernazar di hadapan Allah (11). Nazar yang ia naikkan kepada Allah menunjukkan permohonan yang begitu serius kepada Allah. Ia berharap Allah mengabulkan doanya untuk dapat memiliki seorang anak. Dengan demikian, Penina tidak lagi dapat mengintimidasi dan merendahkan dirinya.
Meski terlihat mustahil, Hana masih memiliki keyakinan dan harapan kepada Allah. Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Hana percaya bahwa Allah akan menjawabnya. Akhirnya, buah iman Hana dikabulkan oleh Allah. Hana dikaruniai anak dan diberi nama Samuel. Kelahiran Samuel ini menjadi kekuatan baru bagi hidup Hana.
Ketika kita mengalami penderitaan dan tekanan yang seakan-akan tak ada harapan, kita rentan jatuh pada kondisi menyerah dan putus asa. Keadaan itu bukanlah akhir bagi orang percaya yang memiliki Allah. Masih ada Allah yang dapat menolong kita. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya.
Datanglah kepada Allah Sumber Pengharapan kita satu-satunya. Dia akan mendengarkan doa dan menjawab permohonan kita pada waktu-Nya. Percayalah kepada-Nya! Pada akhirnya, kita akan melihat bukti nyata pertolongan Allah.
Doa: Tuhan, saat hidup menjadi begitu tidak mudah, mampukanlah kami untuk tetap percaya kepada-Mu. [MAR]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kerajaan Teokratis
Tanggal Penulisan: Akhir abad ke-10 SM
Latar Belakang
Di PL Ibrani, 1 dan ...
Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kerajaan Teokratis
Tanggal Penulisan: Akhir abad ke-10 SM
Latar Belakang
Di PL Ibrani, 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Keduanya diberi nama menurut nabi Samuel, tokoh yang sangat dihormati sebagai seorang pemimpin rohani Israel yang tangguh dan yang dipakai Allah untuk mengatur kerajaan teokratis. 1 Samuel meliputi hampir seratus tahun sejarah Israel -- dari kelahiran Samuel hingga wafatnya Saul (sekitar 1105-1010 SM) -- dan merupakan mata rantai sejarah yang utama di antara masa para hakim dengan raja Israel yang pertama. 2 Samuel terutama membahas raja Daud sedangkan 1 Samuel meliput tiga peralihan utama dalam kepemimpinan nasional: dari Eli ke Samuel, dari Samuel ke Saul, dan dari Saul ke Daud.
Masalah kepenulisan mencakup 1 dan 2 Samuel sebagai satu karya tunggal. Karena sebagian 1 Samuel dan seluruh 2 Samuel ditulis setelah kematiannya, Samuel hanya menjadi salah satu penulis penyumbang (bd. 1Sam 10:25). Karya terakhir ditulis oleh seorang sejarahwan dan nabi yang terilham yang memakai beberapa sumber, termasuk catatan-catatan Samuel (bd. 2Sam 1:18; 1Taw 27:24; 1Taw 29:29); identitas sejarahwan terilham ini tidak kita kenal. Kemungkinan besar kitab ini diselesaikan tidak lama sesudah tahun 930 SM, karena 1 Samuel tampaknya menunjuk kepada pecahnya kerajaan (1Sam 27:6) dan 2 Samuel berakhir dengan hari-hari terakhir Daud.
Tujuan
1 Samuel menguraikan titik peralihan yang kritis dalam sejarah Israel dari kepemimpinan para hakim kepada pemerintahan seorang raja. Kitab ini menyatakan ketegangan di antara pengharapan bangsa itu akan seorang raja (seorang pemimpin yang lalim, "seperti pada segala bangsa-bangsa lain," 1Sam 8:5) dan pola teokratis Allah, dengan Allah sebagai Raja mereka. Kitab ini menunjukkan dengan jelas bahwa ketidaktaatan Saul dan pelanggarannya terhadap tuntutan-tuntutan teokratis jabatannya membuat Allah menolak dan menggantikannya sebagai raja.
Survai
Isi 1 Samuel berfokus pada tiga pemimpin penting nasional: Samuel, Saul, dan Daud.
- (1) Samuel adalah hakim terakhir dan yang pertama memegang jabatan nabi (sekalipun dia bukan nabi yang pertama, bd. Ul 34:10; Hak 4:4). Sebagai seorang yang amat saleh dan berkarunia nubuat, Samuel
- (a) dengan bijaksana memimpin Israel kepada kebangunan ibadah yang sejati (pasal 7; 1Sam 7:1-17),
- (b) meletakkan landasan yang memberikan para nabi kedudukan yang layak di Israel (1Sam 19:20; bd. Kis 3:24; Kis 13:20; Ibr 11:32), dan
- (c) dengan jelas mendirikan kerajaan itu sebagai suatu kerajaan teokratis (1Sam 15:1,12,28; 1Sam 16:1). Pentingnya Samuel sebagai pemimpin rohani umat Allah selama masa perubahan besar dalam sejarah Israel digolongkan sebagai nomor dua setelah pentingnya Musa pada masa keluaran.
- (2) Saul menjadi raja pertama Israel karena bangsa itu menuntut seorang raja "seperti pada segala bangsa-bangsa lain" (1Sam 8:5,20). Saul dengan cepat menunjukkan bahwa secara rohani ia tidak cocok untuk memangku jabatan teokratis itu; karena itu dia kemudian ditolak oleh Allah (pasal 13, 15; 1Sam 13:1-22; 1Sam 15:1-35).
- (3) Daud, pilihan berikutnya untuk mewakili Allah sebagai raja, diurapi oleh Samuel (pasal 16; 1Sam 16:1-23). Daud menolak untuk merebut takhta Saul dengan kekerasan atau pemberontakan melainkan menyerahkan kenaikan pangkatnya kepada Allah. Sebagian besar pasal 19-30 (1Sam 19:1--30:31) menguraikan baik pelarian Daud dari Saul yang iri secara membabi buta maupun kesabaran Daud dalam menantikan Allah untuk bertindak pada waktu yang ditentukan-Nya. Kitab ini diakhiri dengan kematian Saul yang menyedihkan (pasal 31; 1Sam 31:1-13).
Ciri-ciri Khas
Enam ciri utama menandai 1 Samuel.
- (1) Kitab ini dengan jelas menyajikan standar-standar kudus Allah bagi kerajaan Israel. Para raja Israel harus menjadi pemimpin yang tunduk kepada Allah selaku Raja sesungguhnya atas bangsa itu, menaati hukum-hukum-Nya dan membiarkan dirinya dibimbing dan ditegur oleh penyataan-Nya melalui para nabi.
- (2) Kitab ini mencatat dasar bagi permulaan pentingnya jabatan nabi di Israel sebagai sederajat secara rohani dengan jabatan imam. Kitab ini memuat beberapa rujukan pertama dalam PL kepada sekelompok nabi (1Sam 10:5; 1Sam 19:18-24).
- (3) Pertama Samuel menekankan pentingnya doa dan kuasanya (1Sam 1:10-28; 1Sam 2:1-10; 1Sam 7:5-10; 1Sam 8:5-6; 1Sam 9:15; 1Sam 12:19-23), Firman Allah (1Sam 1:23; 1Sam 9:27; 1Sam 15:1,10,23), dan Roh nubuat (1Sam 2:27-36; 1Sam 3:20; 1Sam 10:6,10; 1Sam 19:20-24; 1Sam 28:6).
- (4) Kitab ini berisi informasi biografis yang kaya dan wawasan mengenai tiga pemimpin penting Israel -- Samuel (pasal 1-7; 1Sam 1:1--7:17), Saul (pasal 8-31; 1Sam 8:1--31:13), dan Daud (pasal 16-31; 1Sam 16:1--31:13).
- (5) Kitab ini penuh dengan kisah-kisah Alkitab yang terkenal, misalnya Allah berbicara kepada Samuel muda (pasal 3; 1Sam 3:1-21), Daud dan Goliat (pasal 17; 1Sam 17:1-58), Daud dan Yonatan (pasal 18-20; 1Sam 18:1--20:43), iri hati dan ketakutan Saul akan Daud (pasal 18-30; 1Sam 18:1--30:31), dan Saul serta perempuan pemanggil arwah di En-Dor (pasal 28; 1Sam 28:1-25).
- (6) Kitab ini merupakan sumber dari istilah-istilah yang sering kali dipakai: "Ikabod" yang artinya "tanpa kemuliaan," karena "telah lenyap kemuliaan dari Israel" (1Sam 4:21); "Eben-Haezer" yang artinya "batu pertolongan," karena "Sampai di sini Tuhan menolong kita" (1Sam 7:12); dan "Hidup raja!" (1Sam 10:24). Kitab ini juga merupakan kitab PL pertama yang memakai istilah "Tuhan semesta alam" (mis. 1Sam 1:3).
Penggenapan dalam Perjanjian Baru
1 Samuel mencatat dua lambang kenabian tentang pelayanan Yesus sebagai nabi, imam, dan raja.
- (1) Sebagai nabi dan imam yang menjadi wakil utama Allah kepada Israel, Samuel melambangkan pelayanan Yesus yang sebagai nabi dan imam menjadi wakil terutama Allah kepada Israel.
- (2) Daud -- lahir di Betlehem, seorang gembala dan raja yang diurapi Allah dan yang mengabdi kepada maksud-maksud Allah bagi angkatannya (Kis 13:36) -- menjadi lambang utama PL dan pendahulu raja Mesias Israel. PB menyebut Yesus Kristus sebagai "Anak Daud" (mis. Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 21:9), "keturunan Daud" (Rom 1:3), dan "tunas, yaitu keturunan Daud" (Wahy 22:16).
Full Life: 1 Samuel (Garis Besar) Garis Besar
I. Samuel: Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin Israel
(1Sam 1:1-8:22)
A. Kelahiran Seorang Nabi yang Menja...
Garis Besar
- I. Samuel: Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin Israel
(1Sam 1:1-8:22) - A. Kelahiran Seorang Nabi yang Menjadi Pemimpin
(1Sam 1:1-2:11) - 1. Kesusahan dan Permohonan Hana
(1Sam 1:1-18) - 2. Putra Hana yang Menjadi Nabi
(1Sam 1:19-28) - 3. Nyanyian Hana yang Bersifat Nubuat
(1Sam 2:1-11) - B. Keburukan Kepemimpinan yang Lama
(1Sam 2:12-36) - C. Peralihan dari Eli ke Samuel
(1Sam 3:1-6:21) - 1. Panggilan Samuel Sebagai Nabi
(1Sam 3:1-21) - 2. Hukuman atas Keluarga dan Pelayanan Eli
(1Sam 4:1-22) - 3. Tabut Dirampas dan Dikembalikan
(1Sam 5:1-6:21) - D. Kebangunan Rohani di Bawah Pimpinan Samuel
(1Sam 7:1-17) - E. Israel Menuntut Seorang Raja
(1Sam 8:1-22) - 1. Israel Menolak Putra-Putra Samuel Sebagai Pemimpin
(1Sam 8:1-5) - 2. Israel Menolak Allah sebagai Raja
(1Sam 8:6-22) - II. Saul: Raja Pertama Israel
(1Sam 9:1-15:35) - A. Peralihan dari Samuel ke Saul
(1Sam 9:1-12:25) - 1. Pemilihan Saul
(1Sam 9:1-27) - 2. Samuel Mengurapi Saul
(1Sam 10:1-27) - 3. Kemenangan Saul atas Orang Amon
(1Sam 11:1-11) - 4. Samuel Membaharui Jabatan Raja di Gilgal
(1Sam 11:12-15) - 5. Amanat Perpisahan Samuel
(1Sam 12:1-25) - B. Pemerintahan-Saul yang Mula-Mula
(1Sam 13:1-15:35) - 1. Peperangan dan Kebodohan Saul
(1Sam 13:1-14:52) - 2. Ketidaktaatan dan Penolakan Saul
(1Sam 15:1-35) - III.Daud: Penantian Orang yang Diurapi
(1Sam 16:1-31:13) - A. Samuel Mengurapi Daud
(1Sam 16:1-13) - B. Allah Mengangkat Roh-Nya dari Saul
(1Sam 16:14-23) - C. Daud Bertempur Melawan Goliat
(1Sam 17:1-58) - D. Daud di Istana Saul
(1Sam 18:1-19:17) - 1. Daud dan Yonatan
(1Sam 18:1-4) - 2. Daud Melayani Saul
(1Sam 18:5-16) - 3. Daud Menikahi Mikhal
(1Sam 18:17-28) - 4. Saul Takut akan Daud dan Berusaha Membunuhnya
(1Sam 18:29-19:17) - E. Daud Dalam Pengasingan
(1Sam 19:18-31:13) - 1. Daud dengan Samuel
(1Sam 19:18-24) - 2. Daud Dilindungi Yonatan
(1Sam 20:1-42) - 3. Daud Dibantu Imam Ahimelekh
(1Sam 21:1-9) - 4. Daud di Gat
(1Sam 21:10-15) - 5. Sejumlah Orang Buangan Berpihak Kepada Daud
(1Sam 22:1-26:25) - 6. Daud Bersembunyi di Filistia
(1Sam 27:1-30:31) - 7. Kematian Saul
(1Sam 31:1-13)
Matthew Henry: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini beserta kitab yang mengikutinya membawa nama Samuel sebagai judul, bukan karena Samuel adalah penulisnya (walau begitu banyak isi kedua k...
- Kitab ini beserta kitab yang mengikutinya membawa nama Samuel sebagai judul, bukan karena Samuel adalah penulisnya (walau begitu banyak isi kedua kitab ini terjadi pada masa hidupnya, sampai pasal kedua puluh lima dari kitab pertama, di mana kita mendapati catatan mengenai kematiannya), tetapi karena kitab pertama berisi catatan lengkap tentang dirinya, kelahiran dan masa kecilnya, hidup dan kepemimpinannya. Kisah selebihnya dalam dua kitab yang diberi namanya itu mengandung sejarah pemerintahan Saul dan Daud, yang diurapi olehnya. Kemudian, oleh karena sejarah kedua raja tersebut mengisi sebagian besar dua kitab ini, Alkitab Vulgata Latin menamainya sebagai Kitab Satu dan Dua Raja-raja, dan dua kitab yang mengikutinya sebagai Tiga dan Empat Raja-raja, yang di dalam judul dalam Alkitab berbahasa Inggris diberi keterangan sebagai berikut: disebut juga Kitab Satu Raja-raja, dst. Alkitab Septuaginta menyebut kitab ini sebagai Kitab Satu dan Dua Kerajaan. Meski sia-sia saja memperdebatkan perbedaan nama ini, tidak ada alasan untuk menyimpang dari prinsip kebenaran yang tertulis dalam bahasa Ibrani. Kedua kitab ini, selain mengandung riwayat dua hakim yang terakhir, Eli dan Samuel, yang bukanlah para prajurit perang seperti hakim-hakim lain, tetapi adalah para imam dan kisah mereka yang sungguh bernas menjadi pelengkap Kitab Hakim-hakim, juga mengandung riwayat dua raja pertama, yaitu Saul dan Daud, dan kisah mereka yang sungguh bernas menjadi pembuka riwayat raja-raja. Kedua Kitab Samuel ini mengandung sebagian besar sejarah kudus bangsa Israel, yang kadang-kadang dirujuk dalam Perjanjian Baru, dan kerap kali disebutkan dalam judul-judul mazmur Daud, yang apabila ditempatkan menurut urutannya, akan terlihat jelas terdapat di dalam kedua kitab ini. Tidaklah jelas siapa penulis kedia kitab ini. Ada kemungkinan Samuel yang menulis riwayat yang terjadi pada masa hidupnya, dan setelah dia, beberapa nabi yang ada bersama Daud, Natan kemungkinan termasuk di dalamnya, melanjutkan penulisannya. Kitab 1 Samuel mengisahkan kepada kita catatan lengkap dari kejatuhan imam Eli dan kemunculan Samuel serta kepemimpinannya yang luhur (ps. 1-8), mengenai pengunduran diri Samuel dari pemerintahan Israel serta kemunculan Saul dan kepemimpinannya yang buruk (ps. 9-15), pemilihan Daud, pergumulannya dengan Saul, kehancuran Saul pada akhirnya, dan terbukanya jalan menuju takhta bagi Daud (ps. 16-31). Semua ini dituliskan untuk menjadi pelajaran bagi kita.
Ende: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) SJEMUEL
PENDAHULUAN
Kedua kitab Sjemuel mula2 hanjalah satu karja besar, jang malahan dilandjutkan
dalan I Radja2. Kesatuan ini njatalah baik dari isi...
SJEMUEL
PENDAHULUAN
Kedua kitab Sjemuel mula2 hanjalah satu karja besar, jang malahan dilandjutkan dalan I Radja2. Kesatuan ini njatalah baik dari isi maupun gaja-bahasanja, meskipun pelbagai bagiannja mempunjai tjoraknja sendiri. Tradisi Hibrani kuno djuga selalu memandangnja sebagai suatu kesatuan. Didalam terdjemahan Junani (k.l. th. 250 sebelum Mas.) kitab tadi dibagi djadi dua bagian jang hampir sama tebalnja, dan agaknja melulu karena alasan2 praktis. Baru dalam abad ke-15 Mas. pembagian itu dimasukkan kedalam naskah Hibrani.
Tambahan pula terdjemahan Junani mempertalikan erat2 kitab Sjemuel itu dengan kedua Radja2. Keseluruhannja dinamakan: "Kitab2 keradjaan2" atau "pemerintahan2", dan di-bagi2" djadi empat djilid tersendiri. Ini diikuti oleh terdjemahan Latin (Vulgata), meskipun Hironimus sendiri mengenal nama Hibraninja dan memakainja sebagai djudul kedua. Tetapi nama "keradjaan2" diubahnja djadi nama jang lebih tepat, jakni Radja2. Hingga sekarang tradisi ini masih diikuti, sehingga kitab2 itu dikutip sebagai: I dan II Radja2 (=I dan II Sjemuel, menurut tradisi Hibrani) dan III dan IV Radja2 (=I dan II Radja 2 menurut kebiasaan umum Hibrani. Terdjemahan2 modern pada umumnja mengikuti kebiasaan Hibrani, hal mana diikuti pula dalam terdjemahan ini.
Nama "kitab2 Sjemuel" ini lebih menurut tradisi daripada tepat. Betul, beberapa lama adalah pendapat Jahudi, jang berdasarkan salah tafsir dari I Twr. 29,29, bahwasanja Sjemuel mendjadi pengarangnja. Tetapi hal ini tidak dapat diterima bagi suatu kitab, jang untuk sebagian besar mentjeritakan kedjadian2 jang terdjadi lama sesudah Sjemuel meninggal. Sjemuelpun bukan tokoh terpenting didalam kitab ini, sehingga kitab tadi boleh diberi namanja, sebagaimana halnja dengan kitab Josjua. Dawud djauh lebih penting didalam kitab ini. Boleh djadi nama Sjemuel dipakai, karena nama Daud sudah dibubuhkan selaku pengarang pada kitab Masmur, sedangkan nama Sjaul, radja jang sudah ditolak itu, tidak dapat digunakan untuk djudul bagi sebuah kitab jang sutji.
Tjeritera kitab Sjemuel muat laporan fragmentaris mengenai periodos, jang berlangsung dari djaman para Hakim -- Sjemuel sendiri diutarakan sebagai jang terachir dari para Hakim, -- sampai dengan achir hidup Dawud, jang kematiannja baru ditjeriterakan dalam I Radja2 (1-2). Kemarian Dawud serta penggantiannja oleh Sulaiman djatuh kira2 dalam tahun 970 seb. Mas. Berdasarkan keterangan2 dari kitab itu sendiri, maka lahirnja Sjemuel pada awal kitab itu, pada masa keimaman 'Eli, djatuh kira2 dalam th. 1070 seb Mas. Dengan demikian kitab Sjemuel melingkupi l.k. satu abad dari sedjarah Israil.
Sedjarah politik dalam abad, jang merupakan latarbelakang kitab Sjemuel itu, agak katjau, namun amat penting djuga bagi perkembangan umat Allah. Daripada kekatjauan besar didjaman para Hakim, waktu suku2 Israil berpidjak tetap ditanah Kanaan masing2 suku berdiri sendiri dengan tiada kesatuan sedikitpun, selain keasatuan keigaman, berkembanglah didjaman jang baru itu suatu negara kesatuan dibawah pimpinan seorang radja. Perubahan susunan pemerintahan ini, jang dari segi kenegaraan merupakan suatu kemadjuan jang njata, terdjadi karena pengaruh pelbagai faktor dari luar. Faktor jang terutama ialah antjaman dahsjat dari pihak orang2 Felesjet, jang malaham membahayakan hidup Israil. Adapun orang-2 Felesjet itu suatu bangsa jang berasal dari Asia Depan. Setelah beberapa kali gagal usahanja untuk menetap dinegeri Mesir, bangsa itu berhasil berpidjak tetap dipantai Palestina, (nama Palestina berasal dari nama orang2 "Felesjet") dimana mereka mendirikan sedjumlah kota kerajaan jang tjukup kuat. Dari Pantai mereka masuk kepedalaman, dimana tak dapat tidak mereka berbentrok dengan suku2 Israil, jang baru menduduki tanah itu, dan itupun belum seluruhnja. Dengan banjak susah pajah suku2 jang masih primitif itu dapat bertahan terhadap orang2 Felesjet jang gagah perkasa dan diorganisir dengan baik itu. Kitab Sjemuel mulai dengan masa perang mati2an itu sedang hebat2nja. Orang2 Felesjet sudah djauh masuknja dan sudah menduduki sebagian besar dari tanah itu dan menaklukkan penduduknja. Terhadap bahaja itu suku Israil membutuhkan persatuan jang kokoh dibawah pimpinan pemerintahan pusat. Dimasa itu pula bangsa2 tetangga Israil jaitu Edom, Moab dan Aram mendirikikan keradjaan2 nasional dan mendapat kekuatan jang tak terkenal hingga itu dari organisasi pemerintahan jang baru. Tidak mengherankan, kalau Israil dipengaruhi djuga oleh tjontoh2 itu (I Sjem.8,5.19.20), meskipun kejakinan keigamannja ikut menentukan susunan keradjaan itu. Israilpun mengorganisir negerinja djadi suatu keradjaan.
Gagasan jang sungguh baru itu diwujudkan setjara lambat-laun, kendati djalannja tjukup tjepat djuga. Dan itupun tidak berdjalan tanpa oposisi, lebih-lebih dari kalangan2 keigaman, jang berdasarkan pendapat keigaman mereka, sukar menerima keradjaan itu. Langkah pertama diambil karena tekanan dari pihak orang2 'Amon, jang memusuhi mereka. Sebagaimana dahulu halnja dengan para Hakim, demikianpun sekarang seorang petani muda dihinggapi langsung oleh roh Allah, untuk menjelamatkan bangsanja. Kalau dulu para Hakim setelah memperoleh kemenangan, segera kembali lagi kepekerdjaannja, dan persatuan sementara dari suku lenjap lagi, maka kali ini Sjaul diproklamir sebagai radja setjara definitif oleh Rakjat, bahkan dengan persetudjuan pihak oposisi, jang diwakili oleh Sjemuel dan jang tidak dapat mentjegah perkembangan itu lagi.
Usaha jang pertama itu menemui kegagalan. Sungguhpun Sjaul berhasil memukul mundur orang2 Felesjet beberapa waktu lamanja dan memperoleh kemenangan2 jang gemilang dalam perang-tanding jang perwira dan dalam pertempuran2 umum, namun ia se-kali2 tidak berhasil mematahkan kekuasaan mereka atau sedikit2nja membatasinja. Lagi pula oposisi dari kalangan2 keigaman bertambah kuat. Achirnja didalam pertempuran jang hebat dipegunungan Gilboa' Israil menderita kekalahan dan Sjaul serta putera2-nja menemui adjalnja. Keadaan politik Israil pada achir pemerintahan Sjaul tidak banjak bedanja dengan keadaan waktu ia mulai tampil kemuka (I Sjem.31).
Namun demikian, Israil tidak mau melepaskan lagi gagasan keradjaan. Suku2 di Utara memaklumkan Isjabaal, putera Sjaul, mendjadi radja, sedangkan Juda menerima seorang pemimpin gerombolan jang populer, jaitu Dawud, sebagai radjanja. (II Sjem. 2,1-10) Kedua keradjaan itu bermusuhan. Tetapi setelah Isjabaal dilikwidir, Dawud berhasil mendapat pengakuan dari semua suku. Persatuan dibawah satu radja dipulihkan. Tetapi tetapla monarchi-rangkap, dan antar ke-dua2nja tiada ikatan dalam jang sesungguhnja.
Kali ini keradjaan berhasil. Dawud tampak sebagai orang jang saleh, sehingga ia berhasil merebut hati pihak oposisi dari kalangan keigaman, untuk menerima kenjataan itu. Ia adalah seorang politikus jang tjerdik, jang tahu membatasi persaingan antar-suku. Ia membuat ibu-kota politik jang baru di Jerusjalem, jang djuga dijadikannja pusat keigamaan jang terpenting; hal mana sudah semestinjalah didalam suasana, dimana negara dan agama dipertalikan dengan amat eratnja. Kantong2 terachir penduduk aseli Kena'an, jang sedikit banjak berdiri sendiri2, diasimilasikan dengan bangsa Israil oleh Dawud. Dengan membentuk angkatan perang jang tetap, jang dapat digunakan sebagai inti didalam mobilisasi umum, Dawud melengkapi keradjaannja dengan alat pertahanan jang kuat, jang disegani pula diluarnegeri. A.l. berkat alat pertahanan jang kuat itu Dawud mentjatat hasil2 jang gemilang dalam politik luarnegerinja. Orang2 Felesjet ditundukkan secara definitif dan sebagian dari wilajah diduduki Dawud, sehingga peranan mereka digantikan samasekali oleh orang2 bani Israil. Sedjumlah negeri tetangga ditaklukkannja dan wilajahnja sendiri sangat diperluas karenanja, sehingga keradjaannja tidak hanja luas, tetapi djuga dikelilingi dengan serentetan negeri2 taklukan, jang melindungi wilajah keradjaannja sendiri. Dibawah pimpinan Dawud Israil mendjadi keradjaan nasional, jang djuga termasjhur didunia internasional. sungguh suatu masa kedjajaan, jang tidak pernah ditjapai lagi sesudah itu. Perkembangan dimungkinkan pula, karena negara2 besar pada waktu itu tidak dapat mengembangkan kekuasaannja. Asjur baru sadja muntjul dan belum merentjanakan perebutan kekuasaan dinegeri2 jang djauh. Mesir terlalu lemah dedalam dan terlalu terbagi, untuk dapat menuntuk hak-haknja jang kuno atas Palestina. Demikianlah Israil karena kearifan Dawud dan karena keadaan2 politik jang menguntungkan, mendjadi keradjaan jang kuat.
Tetapi mendjelang achir hidup Dawud, mulai kelihatanlah kelemahan2nja kedalam. Tjatjat jang terbesar terletak dalam persaingan antara Juda, suku dari Dawud, dan suku2 lainja. Dawud tidak pernah membuat kedua bagian keradjaan mendjadi suatu kesatuan jang kokoh. Keradjaannja tetap berbentuk monarchi rangkap. Kesatuannja hanja bersandar pada diri radja, dan oleh karena itu sangat bergantung dari ketjakapan dan populernja orang jang mendjadi radja. Dan kepopuleran Dawud diutara mengalami kemunduran dimasa pemerintahannja. Pemberontakan Absjalom mendapat pengikut2nja terutama dari suku2 diluar Juda (II Sjem.15), sedang Dawud hanja didukung oleh suku Juda dan daerah-daerah Transjordania (II Sjem. 17). Betul, Dawud berhasil menindas pemberontakan Absjalom serta kelandjutannja dalam pemberontakan seorang-orang dari suku Binjamin, tetapi api itu tidak pernah padam lagi. Sesudah kematian Sulaiman kesatuan Israil petjah setjara definitif, dan mendjadi dua keradjaan jang berdiri sendiri dan sering bermusuhan, tetapi benihnja sudah terdapat dalam masa kegemilangan Dawud (II Sjem.20,1; I Rdj. 12,16).
Latar belakang sedjarah ini lebih tersirat daripada tersurat dalam kitab Sjemuel. Kitab ini tidak begitu memperhatikan hal-ihwal keradjaan, melainkan perbuatan2 orang2 tertentu. Betul, tokoh2 itu memainkan peranan politik jang menentukan, namun lebih dilihat sebagai oknum daripada sebagai tokoh2 kenegaraan. Ada tiga tokoh, jang minta seluruh perhatian dan bahan2 tjeritera dikumpulkan sekitar ketiga tokoh itu, jaitu Sjemuel, Sjaul dan Dawud. Tetapi djelaslah, bahwa Dawud merupakan tokoh jang utama, sedang Sjemuel dan Sjaul dipakai sebagai persiapan dan pendahuluan, dan chususnja Sjaul djuga sebagai kontras terhadap tokoh jang utama. Djelas pula, bahwa kitab ini terbagi atas tiga rangkaian tjerita2 disekitar ketiga tokoh ini; dibubuhi pula dengan tambahan2 mengenai tokoh utama jang menghentikan djalannja tjerita, sampai itu disambung lagi dalam kitab I Radja2.
Bagian pertama (I Sjem 1-7) menjadjikan beberapa keterangan tentang diri Sjemuel. Sebagai akibat dari doa jang dikabulkan, ia dilahirkan dari wanita jang mandul dimasa imam-agung 'Eli. Akan tanda sjukur, maka kanak2 itu dibaktikan kepada ibadah Jahwe dikuilNja di Sjilo, dimana terdapat peti perdjandjian. Disana ia mendapat panggilan sebagai nabi dan memaklumkan kebiasaan keturunan 'Eli, jang anak-anaknja melanggar peraturan2 Jahwe. Hukuman itu dilaksanakan didalam perang dengan orang2 Felesjet. Orang2 Felesjet mengalahkan Israil,d an merampas peti perdjandjian dan menewaskan kedua anak 'Eli. 'Eli sendiri mati mendadak karena ketjelakaan. Kemudian hal-ihwal peti perdjandjian di-tengah2 orang2 Felesjet ditjeritakan. Karena malapetaka, jang rupa2nja ditimpakan atas diri mereka karena peti perdjandjian itu, terpaksalah orang2 Felesjet mengembalikannja ketanahnja jang aseli, jaitu Israil. Jahwe senantiasa nampak lebih kuat daripada dewa2 Felesjet. Achirnja peti perdjandjian itu sampai ke Kirjat-je'arim, kerena Silo agaknja sudah dihantjurkan. Baru kemudian (II Sjem.6) kisah mengenai peti perdjandjian itu dilandjutkan. Bagian pertama ditutup dengan ichtisar tentang kegiatan Sjemuel.
Bagian kedua (ISjem 8-15) dipusatkan pada tokoh Sjaul. Pada achir hidupnja Sjemuel dengan berat hati meluluskan tuntunan rakjat untuk seorang radja. Dengan diam2 ia mengurapi seorang anak petani, jaitu Sjaul, djadi radja Israil jang akan datang. Sjaul bertindak tegas lawan orang2 'Amon. Sesudah itu ia diakui dengan resmi oelh seluruh rakjat sebagai radja jang umum. Sjemuel mengundurkan diri. Dengan hasil jang gemilang Sjaul dengan putera mahkotanja, Jonatan, memerangi orang2 Felesjet. Tetapi Sjaul berlaku kurang setimbang, dan kadang2 terlalu tegas. Berhubung dengan tindakannja terhadap orang2 'Amalek serta radjanja dan ke-sewenang2annja, maka ia berbentrok dengan Sjemuel, bahkan dengan Jahwe sendiri. Ia ditolak sebagai radja.
Bagian ketiga (I Sjem. 16 - II Sjem.1) menjadjikan serentetan tjerita tentang muntjulnja Dawud dan binasanja Sjaul. Dengan diam2 Dawud diurapi Sjemuel djadi radja jang akan menggantikan Sjaul. Dawud bekerdja pada Saul sebagai biduan, tetapi djuga tampil sebagai pemimpin pertempuran jang tjakap dan pedjuang jang berani. Mula2 ia diperlakukan baik2 oleh Sjaul.Tetapi hasil2nja jang gemilang dalam pertempuran dan bertambah populernja menimbulkan tjemburu dan tjuriga pada Sjaul, jang lalu memandangnja sebagai saingan berat bagi tachtanja. Beberapa kali ia, setjara lansung atau tak langsung, mentjoba melenjapkan Dawud, sementara ia sendiri dihinggapi kemurungan, jang makin lama makin mendjadi penjakit. Pertjobaan2nja tidak berhasil. Achirnja Dawud terpaksa melarikan diri, dengan bantuan sahabat karibnja, putera-mahkota Jonatan sendiri. Dawud lolos kegurun, dimana ia mengembara sebagai pemimpin gerombolan. Tetapi disanapun ia di-tjari2 djuga oleh Sjaul, kendati Dawud menundjukkan djuga, bahwa ia tahu menghormati orang urapan Jahwe, dan tidak mau menewaskannja. Terpaksa Dawud menggabungkan diri dengan musuh kawakan Israil, jakni orang2 Felesjet. Tetapi dengan ketjerdikannja jang luarbiasa Dawud pandai bersiasat, untuk tidak melakukan sesuatu jang merugikan kaum sebangsanja dan tidak menguntungkan bagi orang2 Felesjet. Waktu peperangan berketjamuk lagi antara orang2 Felesjet dengan Israil, tjuriga pemimpin2 Felesjet menghalangi, Dawud menepati kewadjibannja sebagai sekutu untuk bertempur bersama2 dengan radja Felesjet lawan bangsanja sendiri. Ketika Dawud berada ditempat lain, terdjadilah pertempuran hebat digunung Gilboa', dan Israil menderita kekalahan. Jonatan dan putera2 Sjaul lainnja gugur, sedang radja membunuh diri. Hukuman atas Sjaul sudah terlaksana dan djalan ketachta terbuka bagi Dawud.
Bagian jang keempat dan terachir (II Sjem.2-20) se-mata2 mengenai Dawud dan keluarganja. Dawud jang sudah popuker dimasa penerintahan Sjauld an mempunjai banjak pengikut di Juda, diakui sebagai radja oleh suku Juda. Ia menetap di Hebron. Berkat kegiatan panglima Abner, maka putera Sjaul mendjadi radja atas bagian terbesar dari Israil. Tetapi kekuatan Isjba'al makin lama makin ter- petjah2 dan pasukannja menderita kekalahan jang hebat di Gibe'on. Karena perselisihan dengan Abner maka kedudukannja sangat terdjepit. Abner mengadakan perundingan dengan Dawud dan mendapat dukungan dari hampir seluruh wilajah Isjba'al. Abner dibunuh oleh Joab, panglima dari Dawud, dengan alasan jang tjurang. Alasannja ialah bela darah, karena Abner telah menewaskan seorang saudara Joab didalam pertempuran. Hampir pada waktu jang sama Isja'baal dibunuh dengan tjara jang kotor. Sedjenak kedudukan Dawud terantjam. Tetapi dengan mendjauhkan diri dengan terang2an dari kedua pembunuhan itu, ia berhasil mendapat dukungan terus dari pengikut2nja dikalangan suku2 Israil. Disanapun ia diakui sebagai radja.
Dawud merebut Jerusjalem dari tangan penduduk aseli dan memindahkan kedudukannja kesana. Peti perdjandjian dipindahkan ke ibukota jang baru. Hal ini mendatangkan berkah Jahwe kepadaNja dalam bentuk nubuat jang mulia oelh Natan, nabi Dawud, tentang abadinja keturunannja. Selintas-pintas lalu diutarakan ekspedisi2 Dawud. Hasilnja ialah diusirnja orang2 Flesjet dan perluasan wilajahnja. Beberapa bangsa tetangga ditaklukkan.
Pasal2 terachir dari bagian keempat ini muat kisah jang pandjang-lebar tentang drama jang terdjadi didalam keluarga Dawud. Kebesaran djiwanja dilukiskan dengan beberapa tjontoh. Tetapi sebaliknja, didalam rangka perang dengan orang2 'Amon, dikisahkan djuga, bagaimana Dawud berdjinah dengan isteri dari salah seorang perwiranja jang setiawan, jaitu Uria. Untuk menjembunjikan djinahnja dan untuk tetap memiliki Batsjeba', maka dengan tjara jang litjik ia menjuruh lenjapkan orang jang mendjadi perintang bagi pelampiasan hawa-nafsunja. Teguran2 nabi Natan menginsjafkan Dawud, sehingga ia bertobat dan bersedia menerima hukuman apapun dari tangan Jahwe. Batsjeba' kemudian melahirkan baginja Sulaiman, jang akan menggantikan dia sebagai radja.
Pelaksanaan hukuman itu terdjadi didalam keluargnja sendiri. Putera sulungnja, Amnon, memperkosa adik tirinja, Tamar. Sikap Dawud agak lemah terhadap kedjahatan ini. Absjalom, puteranja jang lain, membalas dendam sendiri atas adik kandungnja. Amnon dibunuh olehnja. Sesudah itu Absjalom melarikan diri terhadap murka bapaknja. Tetapi beberapa waktu kemudia radja Dawud, atas desakan panglima Joap, mengidjinkan Absalom kembali ke Jerusalem, meskipun ia tidak segera dimaafkan olehnja. Sekali lagi Joab bertjampur tangan. Meskipun alasan2 Joab dalam perkara ini tidak begitu djelas, namun ia berhasil memperdamaikan radja dengan puteranja.
Adapun Absalom mulai bersiasat. Teranglah ia berusaha merebut tachta kerajan. Dawud sgaknja kurang awas. Achirnja Absalom mempermaklumkan dirinja sebagai radja di Hebron, ibukota lama Dawud. Perebutan kekuasaan ini berhasil, karena pemerintahan Dawud agaknja diterima dengan tiada sukahati oleh suku2 diluar Juda, sehingga Absjalom mendapat dukungan kuat dari mereka. Dawud terpaksa lari dari Jerusjalem, hal mana ditjeritakan dengan pandjang lebar. Absjalom menduduki ibukota. Karena siasat salah seorang sahabat Dawud, pengedjaran ditunda, sehingga Dawud mendapat kesmepatan untuk mengerahkan pasukan jang besar didaerah Transjordania. Didalam pertempuran berikutnja Absajlom dan pengikut2nja menderita kekalahan. Absjalom sendiri dibunuh oleh Joab, ketika ia melarikan diri. Dukatjita Dawud waktu menerima kabar itu mengharukan, tetapi tidak pada tempatnja menurut Joab. Kembalinja Dawud ke Jerusjalem ditjeritakan sedjadjar dengan larinja dari sana. Karena pertikaian antara suku Juda dengan suku2 lainnja, maka pemberontakan berketjamuk lagi sedjenak. Joab, jang karena membunuh Absjalom kena murka radja, berhasil menindas pemberontakan itu, tetapi menggunakan kesempatan itu djuga untuk melenjapkan bekas-panglima dari Absjalom, jang ditundjuk Dawud untuk menggantikan Joab sendiri, dan untuk memaksakan dirinja kepada Dawud.
Pasal2 terachir (II Sjem. 21-24) terdiri atas beberapa tambahan, jang mengenai riwajat hidup Dawud, jang tidak mendapat tempatnja dalam kitab itu sendiri dan mungkin berasal dari sumber lain. Ditjeritakan bagaimana keturunan Sjaul ditumpas, hal mana dipandang hukuman atas ingkar sumpah Sjaul. Berikutlah ichtisar tentang pertempuran2 dengan kaum Felesjet dan dua sadjak jang ditaruh dalam mulut Dawud. Kemudian disusul dengan serentetan perbuatan2 kepahlawanan dari anggota2 pasukan pilihan Dawud dengan daftar nama pasukan pilihan itu. Achirnja suatu kisah tentang tjatjah-djiwa, jang diadakah Dawud tapi dihukum dengan wabah sampar. Sebuah mesbah didirikan oleh radja sebagai tanda sjukur atas berhentinja malapetaka itu, jaitu ditempat jang kemudian didirikan Bait Allah.
Namun kesemuanja itu didalam kitab Sjemuel tidak merupakan tjerita jang harmonis djalannja dan baik susunannja. Lebih tepat dikatakan suatu kumpulan tjerita2 jang tjoraknja berlainan dan berasal dari pelbagai sumber. Kitab Sjemuel tidak merupakan keseluruhan jang bulat, melainkan suatu kumpulan tjeritapendek2. Terutama dalam kitab jang pertama tjerita2 ini bertjorak sangat populer dan mirip dongengan rakjat. Beberapa dari antaranja menundjukkan pelbagai tradisi, jang sebagian bertentangan satu sama lain. Maka itu didalam kitab Sjemuel terdapat tidak sedikit tjerita jang sukar untuk diselaraskan, ataupun tjerita- rangkap tentang kedjadian jang satu dan sama djua, jang disampaikan dalam pelbagai bentuk dan oleh karenanja ditjeritakan dua kali. Si penghimpun sering mengambil tjerita2 tanpa banjak perubahan. Terdjemahan kami, entah dalam petundjuk2 ditepi halaman entah didalam tjatatan2 dibawah, kadang2 menundjukkan ketidak-selarasan itu, tetapi tidak semuanja disebutkan. Kisah pandjang tentang keluarga Dawud didalam kitab jang kedua merupakan kesatuan jang lebih besar, dan sudah barang tentu ditulis oleh orang, jang menjaksikan sendiri peristiwa2 itu. Si penghimpun tjerita2 dalam kitab Sjemuel hanja disana-sini sadja mentjoba selaraskan tjerita2 itu, dan djuga disana-sini sadja mengemukakan gagasan2nja sendiri serta tafsiran dari peristiwa2 itu dan mengolah sedikit-banjak bahan2 itu menurut pandangannja sendiri.
Kalau orang mengindahkan tjorak chas kitab ini, dengan sendirinja akan timbul pertanjaan mengenai kebenaran historisnja. singkatnja dapat dikatakan begini. Kebenaran historisnja pada umumnja dan dalam garis besarnja harus diterima, mengingat sangat kunonja bahan2 itu. Sebaliknja tjorak populer dari banjak tjeritanja itu adalah sedemikian rupa, hingga orang tidak dapat memperoleh kepastian sampai hal jang ketjil2, karena kesemuanja itu lebih dipakai sebagai hiasan dan pengungkapan daripada sebagai laporan saksama dari kedjadian2 jang njata, jang ditjeritakan dan lagi pengetahuan jang tepat tentang tokoh2, jang tampil kedepan. Tetapi mengenai hal jang ketjil2 tersendiri tidak dapat diperoleh kepastian jang besar. Itu tergantung dari tjorak chas tjerita2 itu sendiri.
Mengenai pertanjaan, bilamana kitab itu disusun, harus diberi djawaban jang agak berbelit. Sebab sebagaimana halnja dengan banjak kitab Perdjandjian Lama, kitab Sjemuelpun tidak terdjadi sekali djadi. Dapat dan harus diterima, bahwa kitab ini menurut keadaannja sekarang, telah terdjadi dari sedjumlah tjerita2 tersendiri, jang sudah dikumpulkan dalam kumpulan2 ketjil dan sudah tertulis pula. Daripadanjalah achirnja kitab jang sekarang ini disusun. Kadang2 sukarlah menentukan, bagian2 mana sudah ada sebagai kumpulan tersendiri; tetapi bahwasanja kumpulan2 itu ada sukarlah disangsikan. Lebih sukar lagi menentukan, bilamana kumpulan2 tjerita itu mendapat bentuk tertulisnja jang pertama; tetapi sudah teranglah, bahwa beberapa dari antaranya dari djaman kuno dan ditulis tak beberapa lama sesudah terdjadinja peristiwa2 itu sendiri. Dengan lebih saksama dapatlah ditetapkan, bila kitab ini mendapat bentuknja jang sekarang, lepas dari beberapa tambahan ketjil jang disisipkan sesudah kitab ini seluruhnja ada. Menurut pendapat umum para ahli, kitab ini sudah pasti disusun sebelum dynasti Dawud lenjap setjara definitif tahun 587 seb. Mas., karena penjusun kitab ini tidak mengetahui sedikitpun tentang kedjadian itu. Sebaliknja, kitab ini tentulah disusun sesudah perpisahan antara Juda dengan suku2 lainnja, kerena perpisahan itu ber-ulang2 diandaikan. Djadi kitab ini sebagai keseluruhan disusun sesudah perpisahan jang terdjadi pada kematian Sulaiman dalam tahun 931 seb. Mas. Karena didalam kitab ini, lebih2 didalam fasal2 jang ditambahkan oleh si penghimpun sendiri, terdjalin gagasan2 jang menundjukkan pembaharuan agama oleh Josjijahu dan kalangan2 dari kitab 'Ulangtutur, tentulah kitab ini disusun tak berapa lama sebelum pembuangan, djadi sekitar 580 seb.Mas.
Nama para pengarang dari tiap2 bagian maupun dari keseluruhan tidak dapat disebutkan dengan kepastian. Dan melihat terdjadinja kitab ini, maka lebih tepatlah orang berbitjara tentang penghimpun daripada pengarang kitab ini. Mana jang terdjadi bagian pribadi si penghimpun jang terachir, sukarlah ditentukan lebih landjut.
Tjorak keigaman kitab itu djelas. Kitab ini menjadjikan sedjarah bukannja demi untuk sedjarah, tetapi dari sudut keigamaan dan dengan maksud keigamaan, dan lebih memberikan tafsiran tentang sedjarah daripada laporan terperintji dari peristiwa2 politik. Gagasan pokok keigamaan jang mendjadi dasar karja itu seluruhnja ialah terpilihnja Israil. Israil adalah umat Allah, jang karena perdjadjian dengan Jahwe dipilih untuk merupakan keradjaanNja didunia. Kitab ini memberikan suatu kesan dari hal-ihwal keradjaan itu serta kesulitan2nja, hingga keradjaan itu mendapatkan perwudjudannja sementara didalam keradjaan Dawud. Pilihan ini dengan sjarat2nja serta tuntutan2nja dikonkretisir dalam tokoh2 tertentu. Nasib rakjat dan manusia bergantung dari tuntutan2nja. Semua tokoh penting dalam kitab ini dipandang dari sudut itu. 'Eli dan keturunannja adalah imam pilihan Jahwe. Tetapi karena ketidaksetiaan keturunannja akan perintah2 Allah, mereka disingkirkan dan dihukum. Akan gantinja dipilihlah imam-agung lain jang "setiawan". Sjemuel dilahirkan setjara adjaib dan dipilih langsung oleh Jahwe sendiri serta dipanggil mendjadi nabiNja dan pemimpin umatNja. Tetapi anak2 Sjemuel pun tidak setia djuga, sehingga pilihan itu tidak dilandjutkan dalam diri mereka. Sjaul dipanggil dimasa jang amat sulit, untuk mewujudkan keradjaan Jahwe didalam bentuk jang baru, jaitu bentuk keradjaan. Ia adalah radja pilihan, tetapi bukan radja jang berdiri sendiri, jang dapat menentukan sendiri apa jang hendak dilakukannja. Sebaliknja ia hanja mendjadi wakil dari radja Israil jang sesungguhnja, jaitu Jahwe. Sjaul tidak tetap setia. Ia mengutamakan kehendak rakjat diatas kehendak Jahwe, se-akan2 ia radja dan atas kerelaan rakjat, bukannja atas kerelaan Jahwe. Dari sebab itu ia disingkirkan dan Jahwe mentjari penggantinja, jang akan tetap setia kepada kedudukannja sebagai radja thokratis. Dalam diri radja Dawud terwudjud pula keradjaan Allah, meskipun dalam bentuk sementara Dawud adalah seorang manusia, jang berdosa berat, tetapi radja itu tidak pernah lupa, bahwa ia hanja wakil dari Jahwe, jang harus mendengarkan suaraNja, untuk sungguh2 mendjadi radja Israil. Karena pengakuan dari pihak Dawud ini, maka sekali lagi pilihan Jahwe mendjadi kenjataan. Keturunan Dawud seluruhnja dipilih untuk mendjadi wakil dari Allah pada umatNja. Pandangan2 djauh jang besar dimasa jang datang dibukakan; pandangan2 itu menudju keperwudjudan jang terachir dan sempurna dari Keradjaan Allah didunia. Seluruh Perdjadjian Baru penuh dengan penghargaan jang dipertalikan pada keturunan Dawud, untuk menundjukkan bagaimana kesemuanja itu terpenuhi dalam Jesus Kristus, Putera Dawud.
Disamping gagasan jang fundamentil dan mendjadi alas kesemuanja itu, kitab Sjemuel ini sungguh amat kaja akan gagasan2 keigamaan jang luhur, jang djuga terdapat ditempat lain didalam Perdjandjian Lama, dalam bentuk ini atau bentuk itu.
Djika orang ingin menilaikan kitab Sjemuel, djuga sebagai orang Kristen, maka haruslah kitab itu dibatja dengan semangat, jang mendjadi sikap hati si pengarang kitab itu, jaitu dengan sikap hati keigamaan. Betul, kitab Sjemuel penuh dengan tjerita2 jang tegang dan kadang2 menggunakan seni-tjerita jang djitu. Tetapi apabila orang berhenti disitu sadja, maka kitab ini tidak dibatja sebagai sebagian dari Kitab Sutji. Kitab ini mempunjai maksud jang lain djuga, jaitu mampu menjampaikan kabar keigamaan, warta bahwa Allah memanggil dan memilih manusia, dan bahwa manusia harus menjesuaikan diri dengan panggilan serta pilihan itu, dengan mendengarkan suara Allah se-setia2nja. Kalau tidak, manusia akan disingkirkan. Hanja kalau dibatja setjara demikian, maka kitab ini adalah Kitab Sutji sesungguhnja dan tidak diturunkan sebagai batjaan hiburan. Dan djika dibatja demikian sebagai Kitab Sutji, dengan hati jang pertjaja dan terbuka bagi Sabda Allah, maka kitab ini mempunjai nilainja jang tetap dan nilai kekristenan. Didalamnja manusia mendapatkan Allah jang berbitjara dan berbuat, jang memilih dan mengemukakan tuntunan2Nja djustru kepada orang2 pilihanNja.
TFTWMS: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"HIDUPKU HAMPA"
"Ada seorang laki-laki dari Ramataim-Zofim, dari pegunungan Efraim, nama...
PENYELESAIAN PERSOALAN DALAM 1 & 2 SAMUEL
"HIDUPKU HAMPA"
"Ada seorang laki-laki dari Ramataim-Zofim, dari pegunungan Efraim, namanya Elkana … Orang ini mempunyai dua isteri: yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina;Peninamempunyaianak,tetapiHanatidak"(1Samuel 1:1,2).
Pembacaan Latar Belakang: 1Samuel 1:1-28.
Hana hanyalah seorang wanita petani, sedikit berbeda dari ribuan orang seperti dia; namun secara lahiriah, kelihatannya ia memiliki sebanyak yang dimiliki orang lain mana saja untuk membuat hidupnya tercukupi dan bahagia. Suaminya mencintai dan memberi dia kehidupan yang nyaman. Kehidupan rohaninya, pelayanannya kepada Allah nenek moyangnya, menempati tempat yang penting dalam kehidupannya. Mengapakah dia tidak merasa puas?
Kehidupan Hana memang hampa. Di zaman kini banyak orang ikut merasakan ketidaknyamanan dan ketidakdamaian yang ia alami. Kita memang memiliki berkat yang sama; namun dibalik itu semua, kita sering bersikap seperti anak-anak yang rakus yang bertanya, "apakah sudah tidak ada lagi?"
Kita berusaha memenuhi hidup kita dengan mencari kenikmatan jasmani atau mental. Kita bisa menghabiskan seluruh hidup kita untuk mencari-cari, tetapi tidak pernah menemukan makna kehidupan sebab kita mengabaikan bagian yang paling penting—sisi rohani.
Betapa pentingnya orang Kristen bangkit melawan pencarian yang sia-sia! Allah tidak menghendaki kehidupan anak-anak-Nya menjadi kecewa. Yesus menjanjikan kehidupan yang berkelimpahan kepada setiap pengikut-Nya. bahkan yang meluap berkelebihan (Yohanes 10:10b).
Dalam kita mencari kehidupan yang berkelimpahan ini, kita bisa menemukan bimbingan di dalam pelajaran yang Allah ajarkan kepada Hana. Kita bisa melihat bagaimana, dengan pertolongan Allah, Hana memenuhi hidupnya yang hampa. Karena Allah Bapa telah menolong dia, mengapakah kita harus ragu-ragu bahwa Ia juga bisa melakukan hal yang sama untuk kita?
BEBAN HIDUP YANG HAMPA
Kondisi politik, sosial, keagamaan dan keadaan di era Hana sedikit sekali memajukan kerohanian manusia. Di zamannya itu, ibadah dan pelayanan kepada Allah telah merosot ke titiknya yang paling rendah di dalam keseluruhan sejarah Israel. Kemah Suci yang dulunya indah, yang didirikan di padang gurun, telah menunjukkan tanda-tanda kelusuhan. Iman yang berkobar-kobar yang pernah memimpin bangsa Israel untuk memiliki pusaka mereka telah meredup semakin lemah dengan berlalunya setiap generasi. Pada era Hana di 1Samuel 1 itu, iman itu nyaris tidak ada lagi di dalam diri kebanyakan orang Israel.
Persoalan yang mengurangi kualitas hidup Hana adalah bersifat sangat pribadi sekali. Pada zaman ketika kemampuan seorang wanita melahirkan anak dihargai sangat tinggi sekali, Hana ternyata mandul.
Dari kemalangan ini muncullah beberapa beban hidup. Salah satunya adalah beban ekonomi. Tanpa anak yang akan merawat dia bila suaminya nanti mati, maka tahun-tahun akhir hidupnya akan membuat dia terpencil secara keuangan dan sosial. Bahkan mungkin kepeduliannya yang lebih besar adalah tentang statusnya di dalam masyarakat. Pada masa itu, kemandulan mendatangkan aib. Kita bisa membayangkan bagaimana beberapa wanita yang mengenal dia mengucapkan perkataan yang menyakitkan tentang dia. Hana harus menghadapi senyuman mereka yang sinis dan penuh arti. Bisa jadi, kemungkinan besar bahkan ada luka hati yang lebih dalam lagi. Meskipun masa itu masa primitif, namun pengharapan akan Mesias sudah ada pada masa itu. Karena tidak memiliki anak, maka Hana tidak mungkin menjadi bunda Mesias, atau bahkan tidak punya harapan untuk menjadi keturunan-Nya. Ketiadaan anak membuat hidupnya menjadi hidup yang sepi, hampa.
Elkana, suaminya yang terkasih, tentunya telah menjadi titik terang di dalam hidupnya. Namun begitu, seperti yang kaum pria biasa lakukan, ia gagal memahami betapa seriusnya kesedihan yang Hana alami. Sebaliknya, ia berusaha memenuhi kebutuhan isterinya itu dengan kemurahan hati. Ketika Elkana membagi daging yang berharga dari korban damai setiap tahun di Silo, ia selalu memberi Hana dua kali lipat dari orang lain mana saja. Ia mendorong dia untuk makan dan berusaha melupakan perasaannya yang terdalam (1Samuel 1:4, 5, 8).
Tidak seperti pria lainnya, ia tidak lalai untuk menegaskan kasihnya kepada Hana. Ia berkata, "Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?" (1Samuel 1:8). Ia pasti telah menganggap kemurahan hatinya sebagai bukti kasihnya yang besar kepada Hana. Namun begitu, ia salah memahami kebutuhan Hana yang paling dalam. Kemurahan hatinya dalam bentuk daging dan pelbagai pemberian lainnya tidak bisa memuaskan keinginan Hana akan seorang anak.
Kita harus mengetahui bahwa hadiah fisik tidak bisa memuaskan kebutuhan emosi! Makanan, pelarian diri, dan kenikmatan hanyalah bersifat sementara dalam mengurangi penderitaan hampa yang disebabkan oleh kesepian dan rasa takut.
Juga, situasi kesulitan rumah tangga memiliki kontribusi terhadap beban hidup Hana. Elkana punya isteri kedua. Di era sejarah itu Allah masih menoleransi poligami. Kemakmuran Elkana membuat dia mengawini Penina, yang memberi dia anak-anak laki-laki dan perempuan.
Hukum dan budaya pada masa itu telah memberikan beberapa definisi yang jelas tentang peranan masing-masing isteri (Ulangan 21:15-17). Tetap saja, konflik yang tidak bisa dihindarkan timbul di antara kaum wanita. Konflik itu dengan bagusnya digambarkan di dalam bahasa Cina, yang terdiri dari pelbagai simbol. Ketika simbol suami dan isteri ditempatkan bersama, gabungan simbol itu menjadi simbol perkawinan. Ketika simbol pria, wanita, dan anak ditulis bersama, simbol yang muncul bermakna keluarga. Ketika simbol pria, wanita, dan satu wanita lagi digabungkan, maka itu merupakan simbol malapetaka!
Cinta Elkana yang dalam untuk Hana tidak menghentikan Penina untuk menunjukkan sikapnya yang menghina Hana. Ia menyiksa Hana, selalu mengingatkan Hana akan kemandulannya (1Samuel 1:6). Ejekan itu menambah beban hidup Hana yang sudah hampa. Hana memang berkelimpahan hidupnya, namun sedikit yang bisa ia nikmati.
PEMENUHAN HIDUP YANG HAMPA
Solusinya
Dengan begitu banyaknya persoalan, mungkinkah Hana menemukan bentuk pemenuhan apa saja dalam hidupnya? Di balik pelbagai persoalannya itu, ia memiliki harapan. Paul Tournier, yang dikenal atas kontribusinya yang sangat banyak bagi psikologi Kristen, pernah berkata bahwa tidak ada persoalan yang pernah bisa diatasi sampai persoalan itu diatasi dalam kerangka agama seseorang. Ini merupakan arah kemana Hana berpaling. Ia menemukan jawabannya di dalam rumah Tuhan, seperti yang pemazmur temukan di dalam Mazmur 73:16, 17: "Tetapi ketika aku bermaksud untuk mengetahuinya, hal itu menjadi kesulitan di mataku, sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka." Kesulitan Hana membimbing dia untuk menemukan makna sejati dari komitmennya kepada Tuhan.
Kita hanya bisa membayangkan kekecewaannya ketika secara berulang-ulang ia tidak bisa melahirkan anak. Praktik pengobatan yang sederhana di zamannya itu tidak ada yang bisa menolong dia. Dengan pengertian kerohaniannya, sudah tentu Hana berdoa minta seorang anak. Di balik doa-doanya itu, keinginan hatinya itu belum juga terpenuhi. Allah menjawab doanya itu hanya setelah ia membuat komitmen yang penuh kepada Allah.
Komitmennya itu memang nyata:
TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya, .…(1Samuel 1:11; huruf miring oleh saya).
Akhirnya Hana memiliki pengertian yang baru tentang kebutuhannya itu. Dulu, keinginannya akan seorang anak laki-laki kemungkinan besar untuk memenuhi tujuan hidupnya. Seorang anak laki-laki akan mengangkat harkatnya di hadapan suaminya. Seorang anak laki-laki akan menghentikan ejekan yang menyakitkan hati oleh Penina dan yang lainnya. Namun begitu, pelbagai alasan yang baik itu pada dasarnya bersifat egois.
Hana mengangkat dirinya melebihi kemanusiaan dan keegoisannya. Ia memutuskan bahwa jika Allah berkenan memberi dia seorang anak laki-laki, maka anak itu akan menjadi milik Tuhan selama anak itu hidup.
Kita juga suka resah dan susah sebab kita belum mencapai tingkatan rohani seperti Hana. Secara egois kita berpikir bahwa kita ini pemilik hidup kita. Kita mengabaikan pesan Alkitab bahwa segala sesuatu adalah kepunyaan Allah, berdasarkan ciptaan-Nya (Hagai 2:8; Mazmur 24:1).
Di dalam keegoisan kita itu, kita sering menjadi seperti bocah kecil yang menekan hidungnya ke jendela kaca toko gula-gula. Seorang dewasa yang merasa iba terhadap dia, masuk ke dalam toko itu, lalu membawa sekantong gula-gula untuk dia. Bocah itu secepat mungkin memenuhi mulutnya dengan gula-gula itu. Karena asyik menikmati keinginannya itu, orang dewasa itu lalu menanyakan dia, "Apakah rasanya enak?" Bocah itu mengangguk, mulutnya terlalu penuh untuk bicara. Si pemberi hadiah itu bicara kembali: "Bolehkah saya minta satu saja?" Dengan mengosongkan sedikit mulutnya agar cukup untuk bisa menjawab, bocah itu dengan marahnya menjawab, "Tidak! Permen ini milikku."
Kadang-kadang kita tergoda untuk merasa mulia dan puas diri oleh sebab banyaknya pemberian besar yang sudah kita berikan kepada gereja atau untuk pelbagai kepentingan baik lainnya. Sebaliknya, seharusnya kita merendahkan hati kita di hadapan Allah, sebab tahu bahwa semua yang kita berikan kepada Allah merupakan apa yang Ia sudah berikan kepada kita.
Kita bisa mendapatkan kedamaian ketika kita mempersembahkan kepada Allah semua yang kita miliki, segenap diri kita, dan seluruh kemampuan kita. Allah memanggil kita untuk mengasihi Dia secara penuh (Matius 22:36, 37). Allah baru akan memiliki setiap bagian hidup kita hanya ketika Ia sudah memiliki segenap kasih kita. Saya punya kenalan yang mengalami kegemukan selama beberapa tahun. Ia bercerita bagaimana ia belajar mengendalikan dirinya dan makan sepatutnya: "Saya sadar bahwa Allah peduli terhadap setiap bagian dari hidup saya, bahkan terhadap cara makan saya. Dulu saya suka berkata bahwa saya tidak perlu mengontrol cara makan saya di hadapan Allah sebab saya mengira Ia tidak tertarik kepada sesuatu yang begitu tidak berarti. Lalu saya sadar bahwa saya tidak mau mengontrol cara makan saya di hadapan Allah oleh sebab saya takut Ia akan mengambil makanan itu." Kita harus mengerti bahwa jika Allah mengambil sesuatu dari kita, Ia bisa memberi kita sesuatu yang jauh lebih baik sebagai gantinya. Menyerahkan diri kita dan apa saja yang kita miliki kepada Allah tidak akan pernah membuat kita semakin miskin.
Hana mampu menangkap pelajaran yang sangat baik tentang doa. Isi doanya mencontohkan prinsip bahwa Allah adalah "tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan" (Mazmur 46:1). Betapa jelasnya penjelasan Hana tentang doanya itu: "… aku mencurahkan isi hatiku di hadapan TUHAN" (1Samuel 1:15).
Hana mengungkapkan doanya sampai kepada unsur-unsurnya yang mendasar. Ia mengakui kedaulatan dan kuat kuasa Allah. Dengan rendah hati, ia menghampiri takhta Allah. Dua kali dalam doa itu, ia bicara tentang dirinya sebagai seorang hamba Allah. Sebagai seorang hamba, ia tahu bahwa kehendak Allah harus diutamakan di dalam hidupnya. Di dalam kehendak itulah Hana mengungkapkan permintaannya. Kerendahan hati, kepelayanan, dan hati yang pasrah merupakan beberapa unsur yang paling mendasar bagi doa yang efektif.
Dalam mencari jawaban bagi doanya itu, apakah Hana tawar-menawar dengan Allah? Bisakah kita berbuat seperti itu? Bisakah kita mendapatkan apa yang kita inginkan dengan menjanjikan Allah sesuatu sebagai gantinya? Berpikir seperti itu sama dengan salah mengartikan nazar dan doa Hana. Hana tidak tawar-menawar. Ia memohon suatu karunia dari Allah dan kemudian berjanji untuk memberikan kembali karunia itu kepada Dia. Doa seperti itu bukanlah tawar-menawar dengan Allah karena isi doa itu tidak bersifat egois.
Doa seperti Hana hanya bisa muncul dari kepercayaan yang mantap kepada Allah. Kita juga bisa bersikap berani dan meminta hal-hal yang luar biasa dari Dia. Bisa jadi kita ragu-ragu untuk mengajukan permintaan kepada Allah sebab kita merasa tidak layak atau tidak sanggup untuk menerima atau menggunakan jawaban-Nya. Kita harus jangan ragu-ragu. Allah bukan saja sanggup memberi apa yang kita minta, tetapi Ia juga sanggup memberi kita kekuatan untuk menggunakan pemberiannya itu dengan benar.
Hana menjadi orang yang berubah setelah doanya itu. "Lalu keluarlah perempuan itu, ia mau makan dan mukanya tidak muram lagi" (1Samuel 1:18). Hal apakah yang membuat Hana berubah? Ia tidak menerima tanda-tanda mujizatiah dari Allah bahwa Allah sudah mendengar dan akan menjawab doanya. Perubahan itu datang sebab ia mengambil sikap yang berubah .
Tidak ada orang yang bisa mengendalikan sikap kita kecuali kita sendiri! Kebanyakan orang pernah mendengar, "Jika engkau bertindak lain, engkau akan merasa lain." Herannya, ketika kita mencoba hal itu, kita akhirnya sadar bahwa perkataan itu memang benar. Jika kita memilih bertindak seperti Hana, kita akan mengetahui bahwa kita bisa merasakan dan bertindak secara berlainan. Jangan pernah menunggu untuk merasa lebih baik sebelum Anda bertindak secara lain. Tindakan baru bisa membawa perasaan baru.
Hal apakah yang membuat Hana memilih perubahan itu? Sikap barunya itu datang dari imannya kepada Allah. Ia telah berdoa dan bertindak berdasarkan imannya kepada Allah. Meskipun ia tetap sadar apa yang ia inginkan, namun kini ia mempercayakan hasilnya kepada Allah. Bahkan seandainya Allah tidak mengabulkan permohonannya akan seorang anak laki-laki, ia akan tetap mempertahankan kepuasan hati yang sama itu dan percaya kepada Dia. Ia bisa menerima keadaannya itu, sebab ia tahu bahwa ia sedang hidup di dalam kehendak Allah.
Seraya orang Kristen bertambah maju di dalam perjalanan rohaninya, isi doanya akan berkurang tidak seperti "daftar belanja" tetapi akan lebih seperti "cek kosong." Kita harus rela menyerahkan diri kita kepada Allah dan meminta Dia untuk menuliskan jumlah uang yang kita perlukan. Itulah yang Hana lakukan.
Berpegang Teguh
Bernazar tidaklah sulit; sebagian orang ada yang mudah mengucapkan janji. Dalam kegairahan pengalaman yang emosional, memang mudah untuk membuat komitmen tanpa menimbang-nimbang dulu akibatnya. Hana memiliki sifat yang sangat penting untuk memperoleh makna dalam kehidupan. Tanpa menghiraukan akibat pribadi, ia berpegang teguh pada janjinya. Tidakkah ia berpikir seperti yang sering kita pikirkan?
Tidakkah kita akan berkata, "Bagaimana bisa aku meninggalkan satu-satunya anak laki-lakiku di suatu tempat dimana para imamnya bahkan adalah orang-orang yang jahat?" Alasan kita mungkin seperti ini, "Ya Allah, saya hanya punya satu anak laki-laki dan tidak ada jaminan akan punya anak lagi. Tidakkah Engkau bersedia mengambil beberapa domba sebagai gantinya?" Sebagai wanita terpuji, Hana menepati janjinya. Ketika anak laki-lakinya, Samuel, disapih, ia membawa anak itu ke dalam kemah Tuhan di Silo dan berkata,
Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya. Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN .…(1Samuel 1:27, 28).
Kita harus jangan seperti orang yang menelepon petugas gereja pada hari Senin. Pada hari sebelumnya, para anggota jemaat itu sudah menandatangani kartu sumbangan, yang menyatakan berapa banyak uang yang akan mereka sumbangkan pada tahun depan. Si penelepon memohon, "Bisakah saya dibebaskan dari janji saya itu? Kemarin, saya bersikap terlalu agamis untuk kebaikan saya sendiri." Daud bicara tentang restu Allah terhadap orang saleh yang menepati ikrarnya, walaupun ia rugi (Mazmur 15:4).
Upahnya
Beberapa tahun kemudian, tentunya terjadilah saat-saat yang sangat mengharukan ketika keluarga Elkana mendatangi Kemah Suci. Mereka membawa anak laki-laki yang telah menyinari hidup mereka, dengan kesadaran bahwa anak itu tidak akan pulang ke rumah bersama mereka. Kita, di era materialistik kita ini, kemungkinan besar bertanya-tanya bagaimana bisa mereka membuat pengorbanan seperti itu. Kita bisa memberi seperti itu kepada Allah hanya ketika kita sudah memiliki sikap seperti Hana: "Untuk mendapat anak inilah aku berdoa, dan TUHAN telah memberikan kepadaku, apa yang kuminta dari pada-Nya. Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN" (1Samuel 1:27, 28a).
Apakah dalam memberikan pemberian itu Hana menjadi pecundang? Apakah hidupnya terasa diberkati hanya ketika Samuel ada bersama dia? Apakah ia pulang ke rumah dan meratapi kehilangan anak laki-lakinya itu? Tidak pernah! Ia tidak berpikir telah kehilangan Samuel. Ia bisa melihat Samuel setiap saat ia pergi ke Kemah Suci. Meskipun Samuel tinggal di Silo, namun Hana menyediakan kebutuhan Samuel (1Samuel 2:19). Dengan murah hati, Tuhan memberkati Hana lagi dengan tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan (1Samuel 2:21).
Apa yang kita berikan kepada Allah dari hati yang setia tidak akan pernah lenyap! Ia sanggup dan rela membayar kita kembali dengan lebih banyak daripada yang pernah kita berikan (Matius 10:27-29; Filipi 4:19). Ia akan memberkati taburan kita yang berlimpah-limpah dengan hasil panen yang berlimpah-limpah juga. Di dalam kasih karunianya itu, Allah bukan hanya memberkati di dalam kekekalan, tetapi Ia sering juga memberi upah ratusan kali lipat di dalam kehidupan ini (Markus 10:30).
KESIMPULAN
Meskipun Hana adalah seorang wanita petani yang hidup beberapa abad yang lalu, namun persoalan hidupnya— kehampaan hidup—masih ada di tengah-tengah kita. Jalan keluar yang ia tempuh—komitmen yang menyeluruh kepada Allah—adalah sama memungkinkannya pada masa kini seperti halnya pada masa dulu.
Seseorang pernah menulis pada sebuah dinding, "Allah memiliki jawaban." Yang lainnya menambahkan, "Benar, tetapi apa pertanyaannya?" Kenyataannya, apa pertanyaannya tidaklah penting; jawabannya selalu sama: Allah.
Pengarang: Hugo McCord
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) I SAMUEL
PENGANTAR
Buku I Samuel berisi sejarah Israel dalam masa peralihan dari zaman Hakim-hakim
kepada zaman Raja-raja. Perubahan dalam kehidupan
I SAMUEL
PENGANTAR
Buku I Samuel berisi sejarah Israel dalam masa peralihan dari zaman Hakim-hakim kepada zaman Raja-raja. Perubahan dalam kehidupan nasional di Israel itu khususnya berkisar pada tiga orang: Nabi Samuel, Raja Saul, dan Raja Daud. Pengalaman-pengalaman Daud di masa mudanya sebelum ia menjabat raja, terjalin erat dengan kisah Samuel dan Saul.
Pokok buku ini, sama seperti kisah-kisah lainnya dalam Perjanjian Lama, ialah bahwa orang akan berhasil kalau setia kepada Allah, dan celaka kalau mendurhaka. Hal itu dinyatakan dengan jelas dalam 1Sam 2:30 ketika TUHAN berkata kepada Imam Eli, "Yang menghormati Aku, akan Kuhormati, tetapi yang menghina Aku akan Kuhina."
Dalam buku ini kita melihat perasaan yang berbeda-beda mengenai pembentukan kerajaan Israel. Memang TUHAN sendiri sudah dianggap raja di Israel, tetapi untuk menanggapi permohonan rakyat, Ia memilih seorang raja bagi mereka. Hal yang penting ialah bahwa baik raja maupun rakyat Israel hidup di bawah kedaulatan Allah, Hakim mereka (1Sam 2:7-10). Di bawah hukum-hukum Allah, haruslah dijamin hak seluruh rakyat, kaya maupun miskin.
Isi
- Samuel sebagai pemimpin Israel
1Sam 1:1-7:17 - Saul menjadi raja
1Sam 8:1-10:27 - Tahun-tahun pertama pemerintahan Saul
1Sam 11:1-15:35 - Daud dan Saul
1Sam 16:1-30:31 - Wafatnya Saul dan putra-putranya
1Sam 31:1-13
Ajaran: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya anggota jemaat, dengan mengetahui isi kitab I Samuel, dapat mengerti
bahwa kesejahteraan umat Allah tergantung dari kesetiaannya melak
Tujuan
Supaya anggota jemaat, dengan mengetahui isi kitab I Samuel, dapat mengerti bahwa kesejahteraan umat Allah tergantung dari kesetiaannya melaksanakan perintah dan kehendak Allah.
Pendahuluan
Penulis : Samuel.
Isi Kitab: Kitab I Samuel terdiri dari 31 pasal. Kitab I Samuel menceritakan tentang tiga tokoh utama dari bangsa Israel: nabi Samuel, raja Saul, dan raja Daud.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Samuel
Pasal 1-8 (1Sam 1:1-8:22).
Kehidupan Samuel Samuel bekerja dengan penuh usaha membangun kehidupan baik dan ketaatan agama bangsa Israel. Kemudian Samuel memegang jabatan hakim. Ia berhasil mengalahkan bangsa Filistin dan mempersatukan bangsa Israel (pasal 5-7; 1Sam 5:1-7:17).
Pada waktu Samuel sudah menjadi tua, bangsa Israel ingin memiliki seorang raja, karena itu ia melakukan perintah Tuhan untuk melantik seorang raja, yakni Saul (pasal 8; 1Sam 8:1-22).
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Sam 1:20,26-28. Apakah arti nama Samuel? Dan apakah teladan yang baik dari Ibu Samuel?
- Bacalah pasal 1Sam 3:19-20; 8:15. Bagaimanakah kehidupan rohani Samuel? Berapa lamakah ia menjadi hakim atas orang Israel?
- Bacalah pasal 1Sam 8:19-22. Atas kehendak siapakah orang Israel meminta seorang raja?
Pasal 9-15 (1Sam 9:1-15:35).
Kehidupan raja Saul Raja Saul memulai pemerintahannya dengan berhasil, tetapi pada akhirnya menjadi tidak taat pada Firman Tuhan. Hal ini membuat Tuhan akhirnya menolak dia sebagai raja.
Pendalaman
- Siapakah yang mengurapi Saul? (1Sam 10:1).
- Bacalah pasal 1Sam 15:10-11. Apakah yang menjadi kesalahan Saul? Bagaimanakah dengan kelakuan saudara?
Pasal 16-31 (1Sam 16:1-31:13).
Kehidupan Raja Daud Setelah Saul ditolak, maka Allah memilih Daud sebagai Raja, menggantikan Saul.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Sam 16:11-13. Apakah pekerjaan Daud? Dan apakah yang terjadi setelah Daud diurapi oleh Samuel?
- Bacalah pasal 1Sam 17:45-50. Mengapakah Daud merasa tersinggung dan marah terhada orang Filistin?
- Bacalah pasal 1Sam 18:6-9. Mengapakah Saul membenci Daud? Apakah saudara sering iri hati juga?
- Bacalah pasal 1Sam 31:1-4. Bagaimanakah kematian Saul? Mengapakah ia melakukan hal itu?
II. Kesimpulan/penerapan
Keberhasilan Samuel di dalam pelayanan merupakan hasil dari kesetiaan pada panggilan, suka berdoa dan tidak kompromi dengan dosa.
Saul memulai pemerintahannya dengan rendah hati, sabar, tetapi diakhiri dengan kesombongan dan menolak Firman Allah. Ini adalah penyebab kegagalannya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah tokoh-tokoh penting dalam I Samuel? Dan bagaimanakah sifat mereka masing-masing?
- Apakah sebabnya Allah menolak Saul?
- Apakah kesan yang saudara peroleh dari kehidupan Saul?
Intisari: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) Bagaimana bangsa Israel mendapat seorang raja
KISAH TENTANG TIGA ORANGPada mulanya 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Namun demikian, karena kitab
Bagaimana bangsa Israel mendapat seorang raja
KISAH TENTANG TIGA ORANG
Pada mulanya 1 dan 2 Samuel merupakan satu kitab. Namun demikian, karena kitab kedua melulu bercerita mengenai raja Daud, maka yang pertama mengisahkan ketiga orang tokoh yang hidupnya saling berkaitan satu sama lain yaitu Samuel, Saul dan Daud. Riwayat yang diceritakan tidak utuh; siapapun yang mengumpulkan seluruh kisah itu tentu mengambilnya dari beberapa sumber. Hal itu tidak menjadi masalah asal kita ingat bahwa bagi para penulis kuno arti suatu kejadian lebih penting daripada ketepatan waktu. Kitab Samuel bukan hanya semata-mata sebagai sejarah, tetapi merupakan cerita tentang bagaimana Allah menangani umat-Nya. Dalam pada itu riwayat yang diceritakan sungguh-sungguh terjadi. Bahkan, pahlawan bangsa seperti Daud digambarkan sebagai orang yang bermasalah dan seorang manusia biasa.
"KAMI MENGINGINKAN SEORANG RAJA"
Kitab Hakim-hakim menyimpulkan bahwa anarki merajalela di Israel pada masa itu, karena "Israel tidak mempunyai raja" (Hak 21:25). Samuel, hakim terakhir, walauoun terkenal tetapi pengaruhnya hanya setempat dan terbatas. Umat Israel memerlukan seorang pemimpin bangsa. Oleh karena itu, permohonan mereka untuk mendapat seorang raja bukanlah semata-mata sebagai suatu kecaman terhadap kepemimpinan Samuel, tetapi menunjukkan betapa manusiawinya pengharapan mereka. Pada kenyataannya hanya Allah yang dapat memimpin mereka untuk memperoleh kemenangan; kekalahan-kekalahan mereka tidak disebabkan karena mereka tidak mempunyai seorang raja, tetapi oleh karena mereka telah melupakan perjanjian dengan Allah (1Sa 10:18,19; 12:6-15). Mereka telah mengikuti cara-cara penyembahan orang kafir. Gagasan mengenai pembentukan kerajaan itu sendiri tidak salah, tetapi mereka menginginkan seorang raja seperti bangsa-bangsa kafir yang ada di sekitar mereka. Samuel memperingatkan mereka bahwa raja-raja mempunyai potensi untuk kebaikan dan kejahatan, seperti yang akan mereka lihat sendiri di kemudian hari.
BANGSA FILISTIN
Oleh karena bangsa Israel tidak membinasakan orang Filistin ketika mereka menduduki Kanaan, maka negara tetangga Israel ini terus menerus menjadi ancaman bagi keamanan mereka. Kita membaca mengenai bangsa Amori, Amalek dan Amon, tetapi kebanyakan mengenai bangsa Filistin. Bangsa-bangsa ini tinggal di lima kota pantai yaitu Asdod, Gat, Ekron, Gaza dan Askelon, dan mereka mengurung Israel (1Sa 13:19-21). Saul dan Yonatan memulai suatu revolusi, tetapi raja Daudlah yang akhirnya menumpas bangsa Filistin dan yang lainnya secara tuntas.
Pesan
1. Samuel, seorang hamba Tuhano Samuel adalah jawaban dari doa, dan dedikasi ibunya yang saleh memberikan kepadanya permulaan kehidupan yang terbaik. Ini mungkin berarti bahwa ia harus hidup sebagai seorang Nazir, walaupun biasanya hal ini berarti disumpah sementara dan tidak seumur hidup. 1Sa 1:10,11,27,28; 2:26; Bil 6:1-21.
o Pada waktu suara Tuhan tidak terdengar di Israel. Samuel menonjol sebagai seorang yang kepadanya Tuhan menampakkan diri dan yang mempunyai karunia sebagai peramal -- ia dapat melihat apa yang tidak tampak oleh orang lain. 1Sa 3:1-10, 19-21; 9:9.
o Samuel ternyata seorang hamba Allah yang jujur dan dapat dipercaya. Ia tidak mau melakukan sesuatu yang dapat menguntungkan dirinya, tidak seperti anak-anaknya. Reaksinya terhadap kemunduran Saul menunjukkan bahwa ia lebih mementingkan Allah. 1Sa 9:6; 12:3-5; 15:11,35.
2. Saul, raja yang gagal
o Saul adalah seorang raja yang memulai pemerintahannya dengan baik dan penuh pengharapan yang besar. Dia diurapi sebagai tanda bahwa Allah telah memilihnya dan ia pun rendah hati, berjiwa besar dan penuh kuasa roh serta dapat mengambil keputusan besar pada saat-saat kritis. 1Sa 10:1, 10:22; 11:6, 12, 13.
o Namun demikian, kita dapat melihat kemundurannya yang berangsur-angsur pada saat ia mulai menangani berbagai masalah seorang diri, mengucapkan sumpah dengan gegabah dan tidak taat kepada perintah-perintah Allah. Anaknya, Yonatan, mempermalukannya dengan kebangsawanannya yang sederhana. Sebaliknya, Saul menjadi cemburu, getir dan tertekan dan ia menghabiskan waktu dan tenaganya untuk memburu Daud.
o Dalam keputusasaannya mencari bimbingan, ia jatuh ke dalam spiritualisme yang sebelumnya dilarang olehnya dan akhirnya ia menjadi salah satu kasus bunuh diri yang langka dalam Alkitab. 1Sa 13:8-14; 14:24; 15:9-29; 16:14; 18:8-12; 28:6, 7; 31:4.
3. Daud, pilihan Tuhan
o Sebagai orang yang dipilih Allah untuk menggantikan Saul, Daud adalah seorang yang lurus hati dan yang kesetiaannya besar. Tidak mengherankan jika Yonatan tertarik untuk bersahabat dengannya. Daud yang dalam pekerjaannya diurapi oleh Roh secara istimewa dapat membentuk rakyat jelata menjadi suatu kekuatan tempur yang efektif atau melawan seorang raksasa seorang diri. Ia menunggu saat Allah akan menuntut balas baginya, dan ia dengan setia memohon pimpinan-Nya dan percaya bahwa Allah akan meluputkannya dari bahaya. Ia seorang pemimpin besar yang akan menjadi seorang raja Israel yang terbesar. 1Sa 16:7,13,18; 17:26,34-37, 45-51; 18:1-4; 22:5-15; 23:2,4,9-12; 24:12; 30:6-8, 23-25.
o Daud juga tidak terlepas dari sifat-sifat manusiawi. Ia juga dapat menjadi marah dan tergoda untuk melakukan tindakan yang gegabah dan ia juga dapat berdusta. Perlakuan Allah kepadanya sama dengan apa yang dilakukan kepada kita, yaitu dengan penuh kasih. 1Sa 25:32-34; 27:10-12.
Penerapan
1. Allah menjawab doa
Kitab ini menceritakan bahwa Allah menjawab doa yang sungguh-sungguh, baik doa pribadi orang yang berada dalam kesusahan maupun doa syafaat para pemimpin untuk bangsa mereka. Berdoa merupakan pelayanan yang harus kita lakukan atas nama orang lain. Dalam menjawab doa, Allah memberikan dan melakukan apa yang secara manusiawi tidak mungkin dilakukan.
2. Allah memelihara milik-Nya
Tanpa memandang ketidaktaatan umat-Nya, Allah berjanji untuk melaksanakan misi penyelamatan-Nya dan membela kehormatan-Nya. Jika perlu, Dia dapat melakukannya tanpa bantuan manusia sama sekali. Pada kesempatan lain Dia memberikan kepada umat-Nya pemimpin-pemimpin yang akan membawa mereka pada kemenangan. Jika kita berada dalam kehendak Allah, keberhasilan tidak tergantung pada kekuatan atau keahlian manusia. Dia dapat mengambil yang terlemah dan memakai mereka bagi kemuliaan-Nya jika mereka mempercayai Dia.
3. Kita harus benar di hadapan Allah
Allah memilih dan memakai mereka yang hatinya benar di hadapan-Nya. Dia memberi karunia, kuasa dan berkat bagi mereka yang melayani-Nya. Dia juga dapat menghakimi dan mempermalukan mereka yang tidak taat kepada-Nya. Oleh karena itu, suatu permulaan yang baik bukan merupakan jaminan untuk keberhasilan di masa datang. Kita perlu benar di hadapan-Nya, taat dan percaya, jika kita ingin mengalami berkat-Nya secara berkesinambungan.
Tema-tema Kunci
1. Doa dan pujian
Kitab ini banyak bercerita tentang doa dan pujian. Khususnya, kita melihat bagaimana orang pilihan Allah mencari pimpinan-Nya sebelum mengambil keputusan-keputusan besar. Lihat 1Sa 1:10-18; 2:1-10; 7:5,6,12; 8:6,21; 12:18,19,23; 15:11; 22:15; 23:2-4, 9-12; 30:7,8.
2. Syarat-syarat pengabdian
Ada beberapa persyaratan pokok yang tidak boleh dilupakan jika kita ingin mengenal berkat-berkat Allah. Lihat 1Sa 2:30; 7:3,4; 12:14,15,20-25; 15:22,23,26; 16:7; 26:23. Bandingkanlah dengan ketakhayulan orang Israel yang menganggap bahwa mereka dapat memanipulasi Allah untuk melakukan sesuatu bagi mereka (1Sa 4:1-11). Camkanlah bahwa mereka mempunyai reputasi, tetapi tidak mempunyai kuasa.
3. Karunia roh
Seperti halnya dalam kitab Hakim-hakim, kita melihat bahwa Allah secara khusus mengaruniakan kuasa roh kepada mereka yang melayani Dia. Apabila Roh Allah turun atas mereka, mereka dapat melakukan apa yang pada umumnya tidak dapat mereka lakukan sebelumnya. Lihat 1Sa 10:6,7,9-13; 11:6; 6:13 (Bandingkan 1Sa 19:23,24 Allah seakan-akan mengendalikannya, tetapi tidak memberikan kuasa kepada Saul). Pada saat yang sama kita mendapat bukti bahwa hal ini tidak perlu terjadi secara permanen, juga tidak berarti bahwa mereka seterusnya hidup dalam kekudusan. Tidak ada yang dapat menggantikan hubungan yang berkesinambungan dengan Allah.
Garis Besar Intisari: 1 Samuel (Pendahuluan Kitab) [1] ELI DAN SAMUEL 1Sa 1:1-7:17
1Sa 1:1-2:11Doa Hana dikabulkan
1Sa 2:12-3:21Penghakiman atas keluarga Eli
1Sa 4:1-6:21Tabut Perjanjian hilang da
[1] ELI DAN SAMUEL 1Sa 1:1-7:17
1Sa 1:1-2:11 | Doa Hana dikabulkan |
1Sa 2:12-3:21 | Penghakiman atas keluarga Eli |
1Sa 4:1-6:21 | Tabut Perjanjian hilang dan ditemukan |
1Sa 7:1-17 | Ebenhaezer: Allah telah menolong kita |
[2] SAMUEL DAN SAUL 1Sa 8:1-15:35
1Sa 8:1-22 | Israel meminta seorang raja |
1Sa 9:1-11:15 | Saul dipilih dan diteguhkan |
1Sa 12:1-2 | 5 Samuel menyerah |
1Sa 13:1-15:35 | Saul gagal memenuhi persyaratan |
[3] SAUL DAN DAUD 1Sa 16:1-31:13
1Sa 16:1-23 | Daud dipilih: Saul menolak |
1Sa 17:1-18:30 | Daud memperoleh kemenangan: Saul cemburu |
1Sa 19:1-26:25 | Orang pilihan Allah menjadi buronan |
1Sa 27:1-12 | Daud mendua hati |
1Sa 28:1-25 | Saul putus ada |
1Sa 29:1-30:31 | Daud mengalahkan orang Amalek |
1Sa 31:1-13 | Saul bunuh diri |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi